Bagikan:

JAKARTA - Ekonom Senior Indef Faisal Basri menyindir kinerja Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di tengah kebangkurtan yang menerpa pabrik tekstil dan keramik hingga masalah lainnya.

Alih-alih mengurusi sektor industri, Menurut Faisal, Agus justru sibuk kampanye.

Padahal, sambung dia, sektor tersebut belum mampu pulih dari dampak pandemi COVID-19.

“Banyak perusahaan bangkrut bukan hanya keramik. Tekstil bangkrut, belum bisa pulih dari COVID. Program restrukturisasinya sudah selesai, yang tidak bisa restrukturisasi ya sudah bangkrut, jual,” ujar Faisal dalam diskusi Indef, di Jakarta, Selasa, 16 Juli.

“Bukan hanya di keramik, masih merah melulu. Orang menterinya sibuk kampanye ya petinggi Golkar. Mana ngurusin? Anda pernah dengar menteri perindustrian bikin pernyataan jarang dia, mungkin tidak semua Anda juga tahu nama menteri perindustrian siapa,” sambung dia.

Saat ini, sambung Faisal, sektor industri di tanah air sedang limbung atau goyah.

Menurut dia, kondisi tersebut dialami seluruh industri di Indonesia, bukan hanya keramik atau tekstil.

Faisal juga bilang industri di Indonesia tidak terdiversifikasi. Hal tersebut terlihat dari sumbangsih beberapa sektor terhadap produk domestik bruto (PDB) industri non-migas.

“Industri Mamin (Makanan dan Minuman) saja menyumbang 39,1 persen. Ditambah dengan industri kimia farmasi itu jadi 50 persen, 49,6 persen. Jadi dua dari 15 sudah menyumbang separuhnya, dari industri non-migas,” ucapnya.

“Industri yang kita bahas saat ini nonmetalik mineral ya, share-nya 2,28 persen itu termasuk semen segala macam tidak hanya keramik,” sambungnya.

Sekadar informasi, Kemenperin belakangan justru menuduh Kementerian Perdagangan (Kemendah) sebagai biang kerok dari lesunya industri tekstil, dan produk tekstil (TPT).

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Reni Yanita mengatakan pemutusan hubungan kerja (PHK) makin meningkat di industri tekstil pascaterbitnya Permendag Nomor 8/2024.

Adapun Permendag 8/2024 Peraturan tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor ini mulai berlaku sejak 17 Mei 2024.

Dia bilang pasca beleid tersebut terbit, utilisasi industri kecil dan menengah (IKM) turun rata-rata mencapai 70 persen.

Angka ini berdasarkan sumber dari Indonesia Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB) per 26 Juni 2024.

Kedua, pembatalan kontrak oleh pemberi maklon dan market place karena pemberi maklon dan market place kembali ke produk impor.

Ketiga, hilangnya pasar IKM dan konveksi berimbas ke industri hulunya (kain dan benang).

"Hilangnya SDM terampil di sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT)," ujar Reni dalam diskusi media tentang Permendag Nomor 8 Tahun 2024, Wujud Nyata Denormalisasi Industri Petrokimia Nasional di kantor Kemenperin, Jakarta, Senin, 8 Juli.