Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras merupakan jaring pengaman harga di tingkat petani.

“Penetapan HPP jelang panen raya memang sangat dibutuhkan petani. Ini dapat memberi kepastian harga untuk penyerapan Bulog dan terbukti dapat menjaga harga di tingkat produsen terhindar dari kejatuhan harga yang sangat mendalam saat panen raya,” kata Arief dalam keterangan di Jakarta, dikutip dari Antara, Selasa 16 Juli.

Menurutnya, penetapan HPP gabah dan beras merupakan upaya yang tepat, sebagai langkah optimistis pemerintah menjaga asa petani dan mendukung produksi dalam negeri.

Arief menyampaikan bahwa HPP gabah dan beras yang ditetapkan pemerintah melalui Badan Pangan Nasional menjadi basis Perum Bulog dalam menyerap produksi dalam negeri, ditujukan sebagai jaring pengaman harga di tingkat petani.

"Hal ini dikarenakan fluktuasi harga gabah sangat dipengaruhi oleh musim panen. Ketika musim panen raya, harga gabah bisa anjlok akibat lonjakan hasil panen. Sebaliknya, saat musim paceklik tiba, harga gabah mulai menaik sampai ada panen raya berikutnya," jelas Arief.

Dalam evaluasi statistik harga produsen gabah 2023’ yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juli 2024, kata Arief, disebutkan bahwa persentase kasus harga gabah di bawah HPP relatif lebih rendah sepanjang tahun 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal itu dipengaruhi meningkatnya harga jual gabah dan permintaan dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut Arief, di 2024 lebih menantang karena adanya kemunduran panen raya yang biasanya di Maret, berpindah ke April. Saat itu, Bapanas segera menerapkan kebijakan fleksibilitas HPP gabah menjadi Rp6.000 per kilogram.

"Tentunya ini sesuai arahan Bapak Presiden Jokowi yang meminta harga petani saat panen raya tidak boleh merosot tajam,” terangnya.

Perkembangan produksi beras di 2024 menurut Kerangka Sampel Area (KSA) BPS pengamatan Mei yang terbit pada minggu ketiga Juni lalu, April 2024 merupakan titik tertinggi estimasi produksi beras yang dapat mencapai 5,31 juta ton. Sementara puncak produksi beras di 2023 terjadi pada Maret di angka 5,13 juta ton.

Merujuk data KSA BPS pada Mei, proyeksi produksi beras di Juni 2024 bisa meraih 2,02 juta ton. Lalu di Juli mulai naik ke 2,19 juta ton dan di Agustus 2,67 juta ton.

Sementara menurut berita resmi statistik BPS terbitan 1 Juli 2024, tambah Arief, rata-rata harga GKP pada April 2024 sempat berada di Rp5.686 per kilogram (kg) dengan kadar air 20,74 persen dan mulai membaik mendekati HPP pada Juni 2024 berada di Rp6.171 per kg dengan kadar air 19,68 persen.

Lebih lanjut, dalam publikasi ‘Evaluasi Statistik Harga Produsen Gabah 2023’, BPS melaporkan persentase tertinggi kasus harga gabah di bawah HPP sempat terjadi pada April 2023 sebesar 22,75 persen di tingkat petani.

"Persentase ini mengalami penurunan secara perlahan di bulan-bulan berikutnya hingga di Desember 2023 berada di 0,12 persen. Persentase kasus harga gabah di bawah HPP disebutkan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2022," kata Arief.