Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita buka suara terkait pernyataan Ekonom Senior Faisal Basri yang menyebut dirinya sibuk berkampanye di tengah kebangkrutan yang menerpa pabrik tekstil hingga keramik.

Menperin merespons pernyataan tersebut dengan menyebut bahwa Kemenperin sedang menyelenggarakan Tech Link Summit 2024 di kantor PIDI, Jakarta, pada 18-20 Juli.

Dia menilai, acara tersebut merupakan salah satu bentuk perhatian Kemenperin sebagai pembina industri.

"Ada seorang ekonom senior yang mengatakan bahwa Menperin tidak pernah memperhatikan industri. Menperin tidak pernah memperhatikan manufaktur, setuju atau nggak? (Tanya Menperin kepada audiens). Inilah salah satu bukti nyata bentuk perhatian dari Kemenperin dalam membina industri, ini dia (penyelenggaraan Tech Link Summit)," ujar Agus di agenda Tech Link Summit, dikutip Jumat, 19 Juli.

Agus menambahkan, bahwa kinerja industri manufaktur juga cukup baik pada 2023. Pasalnya, berdasarkan data yang dirilis oleh World Bank menyatakan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-12 top manufacturing countries by value added (nilai tambah).

Value added atau nilai tambah sektor manufaktur di Tanah Air itu meningkat hingga 36,4 persen secara tahunan.

Mengingat, pada tahun sebelumnya MVA Indonesia tercatat sebesar 187 miliar dolar AS.

"Untuk itu, industri manufaktur harus terus memperkuat daya saingnya dengan semangat Making Indonesia 4.0," katanya.

Lewat program tersebut, industri dalam negeri harus mampu melakukan lompatan inovasi teknologi dalam rangkaian proses bisnisnya dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah serta mengefisiensikan biaya produksi.

Dalam hal ini, Kemenperin mendorong perusahaan industri untuk berkolaborasi dengan usaha rintisan atau startup dalam negeri guna menerapkan teknologi manufaktur canggih, seperti AI demi peningkatan produktivitas, keberlanjutan dan ketahanan rantai pasok atau supply chain industrinya.

Sebelumnya, Ekonom Senior Faisal Basri menyindir kinerja Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita di tengah kebangkrutan yang menerpa pabrik tekstil dan keramik hingga masalah lainnya.

Alih-alih mengurusi sektor industri, Faisal menilai Agus justru sibuk kampanye. Padahal, kata dia, sektor tersebut belum mampu pulih dari dampak pandemi COVID-19.

"Banyak perusahaan bangkrut bukan hanya keramik. Tekstil bangkrut, belum bisa pulih dari COVID-19. Program restrukturisasinya sudah selesai, yang tidak bisa restrukturisasi, ya, sudah bangkrut, jual," ujar Faisal dalam diskusi Indef di Jakarta, Selasa, 16 Juli.

"Bukan hanya di keramik, masih merah melulu. Orang menterinya sibuk kampanye, ya, petinggi Golkar. Mana ngurusin? Anda pernah dengar menteri perindustrian bikin pernyataan, jarang dia. Mungkin tidak semua Anda juga tahu nama menteri perindustrian siapa," tambahnya.

Saat ini, sambung Faisal, sektor industri di Tanah Air sedang limbung atau goyah. Menurutnya, kondisi tersebut dialami seluruh industri di Indonesia, bukan hanya keramik atau tekstil.

Faisal juga bilang industri di Indonesia tidak terdiversifikasi. Hal tersebut terlihat dari sumbangsih beberapa sektor terhadap produk domestik bruto (PDB) industri non-migas.