Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut, industri makanan dan minuman (mamin) adalah sektor strategis yang berperan penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, pada kuartal I-2024 industri mamin mampu membukukan nilai sebesar 9,18 miliar dolar AS atau setara Rp150,3 triliun (asumsi kurs Rp16.380).

"Dari sisi ekspor, pada triwulan I-2024 industri makanan membukukan nilai sebesar 9,18 miliar dolar AS dengan nilai impor sebesar 4,27 miliar dolar AS. Dengan demikian, sektor industri makanan masih melanjutkan neraca dagang positif di triwulan I tahun 2024 sebesar 4,91 miliar dolar AS," ujar Putu dalam acara Business Matching Industri Pengolahan Rumput Laut dengan Industri Pengguna di Jakarta, Selasa, 25 Juni.

Putu menyebut, kontribusi sektor ini pada triwulan I-2024 sebesar 39,91 persen terhadap PDB Industri Non-Migas dan 6,97 persen terhadap PDB nasional.

Dia menuturkan, PDB industri makanan dan minuman mengalami peningkatan menjadi 5,87 persen pada triwulan I-2024 dibanding periode sebelumnya sebesar 5,33 persen.

Di samping itu, Putu mengatakan, industri pengolahan rumput laut memiliki prospek bisnis yang menjanjikan lantaran didukung ketersediaan bahan baku yang melimpah dan peluang untuk pengembangan berbagai produk turunan yang bernilai tambah tinggi.

Lebih lanjut, katanya, dalam 10 tahun terakhir Indonesia masih mendominasi pasar ekspor rumput laut kering untuk konsumsi dan bahan baku industri. Namun, belum terlihat pertumbuhan ekspor rumput laut terhadap produk-produk hilir yang memiliki nilai tambah.

"Pada 2023, Indonesia memproduksi 10,7 juta ton rumput laut basah. Selama ini, pemanfaatan olahan rumput laut sebagian besar digunakan untuk produk makanan dan minuman sebesar 77 persen. Sedangkan untuk farmasi, kosmetik dan lainnya hanya sebesar 23 persen," ungkap Putu.

"Industri ini perlu lebih adaptif terhadap perubahan dan perkembangan pasar," imbuhnya.