Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis industri makanan dan minuman (Mamin) akan meningkat jelang libur panjang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).

Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika memperkirakan adanya peningkatan industri Mamin hingga di atas 5 persen saat momentum tersebut.

"Pertumbuhannya kami belum mempunyai angka yang eksak (kalkulasi). Tetapi, mudah-mudahan (pertumbuhannya) di atas lima persen untuk (industri) maminnya," ujar Putu saat ditemui di kantor Kemenperin, Jakarta, Kamis, 21 November.

Putu menilai, pertumbuhan itu juga didorong dengan adanya momentum libur Nataru. Dengan demikian, dia berharap bahwa pertumbuhan industri Mamin pada akhir tahun nanti bisa lebih tinggi dari triwulan III-2024.

"Kami berharap seperti itu, karena bagaimanapun juga sekarang ada Nataru dan beberapa bulan kemudian hari besar keagamaan, itu pasti industri sudah siap-siap," tuturnya.

Sebelumnya, Kemenperin mencatat, pertumbuhan PDB industri Mamin olahan masih jauh dari yang diharapkan. Tercatat, sepanjang 2023, pertumbuhan PDB industri Mamin mencapai sebesar 4,47 persen. Angka ini menurun bila dibandingkan pada 2023 yang mencapai 4,90 persen.

"Pertumbuhan PDB industri mamin sampai 2023 (mencapai) 4,9 persen. Ini sedikit menurun dan jauh dari harapan kami," ujar Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Direktorat Jenderal Industri Agro Kemenperin Merrijantij Punguan Pintaria dalam agenda Konferensi Pers Asrim bertajuk "Kinerja Industri Minuman di Tahun 2023 serta Peluang dan Tantangan di Tahun 2024" di Hotel Mercure, Jakarta, Rabu, 13 Maret.

Merrijantij mengatakan, nilai ekspor dan impor mamin secara neraca juga turun. Apabila sepanjang 2022 surplus mencapai 32,05 miliar dolar AS. Sedangkan, surplus sepanjang 2023 turun di angka 25,21 miliar dolar AS.

"Nilai realisasi investasi ada peningkatan. Mungkin di sektor-sektor tertentu masih cukup menarik. Mengingat, pasar kami 270 juta jiwa itu menjadi pasar yang cukup menarik untuk menanamkan investasi. Untuk ekspor/impor tahun 2022 ekspornya 99 juta dolar AS, nilai importasi kami 129 juta dolar AS. Jadi, minuman ringan ini berkontribusi kepada defisit neraca perbelanjaan kami," katanya.

Oleh karena itu, kata Merrijantij, pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi untuk memacu pertumbuhan industri manufaktur di Tanah Air. Termasuk, industri Mamin olahan.

"Salah satu upaya yang kami lakukan yaitu melalui restrukturisasi (permesinan). Kami sedang memfinalisasi payung hukumnya. Apabila ini bisa terbit dalam waktu yang tidak terlalu lama, kami harapkan program ini bisa membantu kinerja industri," ucapnya.