Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, pertumbuhan PDB industri makanan dan minuman (Mamin) olahan masih jauh dari yang diharapkan. Tercatat, sepanjang 2023, pertumbuhan PDB industri Mamin mencapai sebesar 4,47 persen.

Angka ini menurun bila dibandingkan pada 2023 yang mencapai 4,90 persen.

"Pertumbuhan PDB industri mamin sampai 2023 (mencapai) 4,9 persen. Ini sedikit menurun dan jauh dari harapan kami," ujar Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Direktorat Jenderal Industri Agro Kemenperin Merrijantij Punguan Pintaria dalam agenda Konferensi Pers Asrim bertajuk "Kinerja Industri Minuman di Tahun 2023 serta Peluang dan Tantangan di Tahun 2024" di Hotel Mercure, Jakarta, Rabu, 13 Maret.

Merrijantij mengatakan, nilai ekspor dan impor mamin secara neraca juga turun. Apabila sepanjang 2022 surplus mencapai 32,05 miliar dolar AS. Sedangkan, surplus sepanjang 2023 turun di angka 25,21 miliar dolar AS.

"Nilai realisasi investasi ada peningkatan. Mungkin di sektor-sektor tertentu masih cukup menarik. Mengingat, pasar kami 270 juta jiwa itu menjadi pasar yang cukup menarik untuk menanamkan investasi. Untuk ekspor/impor tahun 2022 ekspornya 99 juta dolar AS, nilai importasi kami 129 juta dolar AS. Jadi, minuman ringan ini berkontribusi kepada defisit neraca perbelanjaan kami," katanya.

Oleh karena itu, kata Merrijantij, pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi untuk memacu pertumbuhan industri manufaktur di Tanah Air. Termasuk, industri Mamin olahan.

"Salah satu upaya yang kami lakukan yaitu melalui restrukturisasi (permesinan). Kami sedang memfinalisasi payung hukumnya. Apabila ini bisa terbit dalam waktu yang tidak terlalu lama, kami harapkan program ini bisa membantu kinerja industri," ucapnya.

"Pemerintah juga menyiapkan fasilitas fiskal, baik itu tax holiday, tax allowance dan super deduction tax, maupun pembebasan bea masuk impor barang modal dalam rangka investasi serta upaya-upaya lain yang dilakukan. Terakhir adalah peningkatan implementasi industri 4.0," sambungnya.

Pada kesempatan sama, Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) Triyono Prijosoesilo menyebut, kinerja sektornya masih belum pulih juga hingga 2023.

"Hal ini terlihat dari kinerja penjualan minuman ringan di luar Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,6 persen sepanjang 2023," tuturnya.

Triyono mengatakan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti laju inflasi pangan di Indonesia yang naik sehingga berimbas terhadap menurunnya daya beli masyarakat, meningkatnya biaya logistik yang dikarenakan oleh kondisi geopolitik yang tidak stabil hingga meningkatnya harga bahan baku.

"Kemarau berkepanjangan telah mengakibatkan penurunan produktivitas pertanian di berbagai negara yang berakibat pada meningkatnya harga bahan baku," ungkapnya.