Bagikan:

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif buka suara terkait ledakan di smelter feronikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) pada Kamis 13 Juni lalu.

Asal tahu saja, pada insiden kali ini dua buruh menjadi korban atas ledakan tersebut. Insiden ini juga bukan yang pertama kalinya terjadi di ITSS. Sebelumnya pada Desember 2023, ledakan sama juga terjadi dan menelan korban jiwa.

Arifin mengatakan pihaknya juga akan meninjau penyebab meledaknya tungku feronikel PT ITSS yang berlokasi di Industri Morowali Industrial Park (IMIP), Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah ini.

"Makanya mau kita lihat, mau kita tinjau apa penyebabnya," ujar Arifin kepada awak media yang dikutip Sabtu 15 Juni.

Dikatakan Arifin, sejatinya kewenangan memberi sanksi adalah milik Kementerian Perindustrian karena izin yang dimiliki ITSS adalah Izin Usaha Industri yang dikeluarkan oleh Kemenperin.

Dengan dilakukannya peninjauan oleh Kementerian ESDM, Arifin mengatakan, pihaknya akan memberikan masukan yang bakal digunakan ke depannya dalam pengelolaan smelter.

"(Sanksi) Harusnya di (Kementerian) Perindustrian. Kita kasih saran aja supaya keamanan pabrik," sambung Arifin.

Pada kesempatan terpisah, Serikat Buruh Indistri, Pertambamgan dan Energi (SBIPE) IMIP Morowali meyoroti indisen meledaknya tungku smelter feronikel di PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) yang kembali terulang.

Ketua SBIPE IMIP Morowali Henry mengatakan terulangnya kejadian tungku smelter meledak ini menunjukan tidak ada perbaikan yang berarti dilakukan oleh PT ITSS untuk melakukan pencegahan kecelakaan kerja dan perlindungan terhadap buruh sehingga kecelakaan yang sama terulang kembali dibagian dan tempat yang sama.

“Karenanya sangat penting untuk dilakukan audit menyeluruh melalui tim independen yang melibatkan serikat buruh, sebagaimana yang kami sampaikan saat tragedi ITSS Desember 2023 yang lalu,” tuturnya.