Bagikan:

OEGSTGEEST - Restoran Indonesia bisa sangat mudah ditemui di Belanda, dibanding dengan kawasan Eropa lainnya.

Rata-rata restoran di Indonesia yang ada di negara kincir angin tersebut menyajikannya makanan secara ‘rijsttafel’ atau dengan banyak hidangan.

Namun, tidak dengan Restoran Nona Manis. Restoran milik Renu Roesdi dan sang suami Eduard Roesdi menawarkan sesuatu yang berbeda yakni menyajikan makanan Indonesia ala fine dining.

Renu mengatakan, bahwa ide tersebut muncul setelah lama mengelola toko masakan Indonesia yakni Iboe Tjilik.

Ia bersama sang suami selaku chef atau koki melihat belum ada restoran Indonesia dengan konsep yang berbeda.

Akhirnya, sambung Renu, ia bersama sang suami pun berhasil mewujudkan mimpi untuk membawa masakan Indonesia ke level yang lebih tinggi dengan membuka Restoran Nona Manis.

“Baru satu tahun (Nona Manis) beridiri dan sangat oke. Karena kami punya konsep yang berbeda. Saya kira bisa dikatakan sebelum satu tahun sudah break even point, so it’s good news untuk di restoran itu enggak gampang,” katanya saat ditemui VOI di Oegstgeest, Belanda, ditulis Rabu, 22 Mei.

Renu mengatakan bahwa restorannya mendapat sambutan positif. Karena menu yang ditawarkan jarang ada di Belanda seperti Karedok, Soto Kudus, Ikan Arsik, Ikan Mangut, Nasi Ulam hingga Somay Bandung.

Bahkan, kata dia, omzet yang diperolehnya berkisar di angka 25.000 Euro atau setara dengan Rp433,9 juta per bulannya.

“Omzet kami berkisar 20.000 sampai 25.000 Euro. Kami hanya buka empat hari Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu. Karena pada saat ini kita sangat sulit mendapatkan pegawai di sini, jadi kita buka hanya untuk makan malam. Kalau dengan lunch (makan siang), harus ada dua shift pegawai,” jelasnya.

Meski memiliki omzet yang cukup menjanjikan, Eduard Roesdi mengatakan tidak berniat untuk membuka cabang lain. Sebab, dia bilang butuh restoran ala fine dining ini perlu perhatian khusus chef atau koki.

“Tidak, saya kira tidak. Karena ini butuh perhatian chef. Jadi tidak bisa di dua tempat. Tapi harapannya ya bisa buka melayani lunch,” ujar Eduard.

Perjuangan Bangun Bisnis Makanan di Era Pandemi COVID-19

Renu juga menceritakan perjuangannya membangun bisnis makanan ala fine dining ini. Saat memutuskan membangun bisnis, kata dia, dunia sedang dilanda pandemi COVID-19. Sehingga, pembukaan restoran harus ditunda.

Alhasil, kata dia, biaya sewa tempat pun harus diperpanjang hingga waktu pembukaan restoran. Sehingga, perlu tambahan dana untuk membayar sewa tempat.

Usai pandemi COVID-19 berkahir, dirinya dan suami memutuskan untuk merenovasi tempat usahanya untuk membangun Restoran Nona Manis.

Lalu, sambung Renu, di tengah renovasi, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI hadir menawarkan bantuan pendanaan untuk mengembangkan restorannya.

“Kami memang dapat loan dari BNI. Karena COVID-19 pembukaan Restoran Nona Manis agak mundur. Ini (pendanaan dari BNI) kita gunakan, kan kita sewa ini saat COVID-19 jadi sewanya juga agak panjang sebelum buka. Jadi untuk bulan-bulan pertama pembukaan dibantu BNI,” jelasnya.

Renu juga mengatakan sebelumnya menjadi nasabah BNI, dirinya berjalan sendiri dalam membangun usahannya.

Termasuk untuk mencari rempah-rempah dan bahan-bahan masakan asli Indonesia.

“Dua tahun lalu kami menjadi nasabah BNI. Sebelum menjadi nasabah kami jalan sendiri mengembangkan bisnis kami,”tuturnya.

Setelah menjadi nasabah BNI, dia bilang, mendapatkan bahan-bahan masakan asli jauh lebih mudah. Bahkan, Restoran Nona Manis juga sudah dikenal di Indonesia.

“Dengan bantuan BNI, kami dibantu mencari rempah-rempah Indonesia. Seperti kecombrang, andaliman, dan lainnya itu dibantu BNI. Saya kira Indonedia juga mengenal kami, tidak hanya di Belanda saja,” jelasnya.