Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2024 sebesar 5,11 persen tetap stabil dan jauh dari jurang resesi meskipun di tengah tekanan ekonomi global seperti suku bunga tinggi serta risiko tensi geopolitik.

"Pertumbuhan ekonomi kita itu salah satu pertumbuhan yang tertinggi selama ini dan kalau kita lihat berbagai lembaga rating dari agensi memberikan assesmen positif," ujarnya dalam Rakernas Percepatan dan Pra-Evaluasi PSN, Selasa, 14 Mei.

Airlangga menyampaikan dari berbagai indikator makro ekonomi Indonesia menunjukan kondisi yang kuat dan stabil seperti inflasi Indonesia pada bulan April 2024 sebesar 3 persen, lebih rendah dibanding negara peers. Indonesia hanya kalah dari Korea Selatan dan Jerman yang inflasinya masing-masing 2,9 persen dan 2,2 persen.

Selain itu, Airlangga menambahkan inflasi negara seperti Rusia 7,7 persen, Afrika Selatan 5,3 persen, India 4,9 persen, Meksiko 4,7 persen, Nepal 4,6 persen, Vietnam 4,4 persen, bahkan Amerika 3,5 persen. Artinya dengan pertumbuhan ekonomi 5,11 persen menjadi salah satu tertinggi di ASEAN dan salah satu inflasi yang terendah.

Airlangga menyampaikan Indeks PMI masih di level ekspansif sebesar 52,9 persen dan Indonesia menjadi salah satu negara yang tetap stabil ditengah tekanan global. Hal itu tercermin dari probabilitas resesi Indonesia yang hanya 1,5 persen, lebih rendah dibanding hampir semua negara.

Adapun, dari berbagai survei, probabilitas resesi Indonesia menjadi salah satu yang terendah di dunia dibandingkan negara lain seperti Jerman 60 persen, Italia 55 persen, Inggris 40 persen, Australia 32,5 persen, Amerika Serikat 30 persen Thailand 30 persen, Rusia 17,5 persen, Korea Selatan 15 persen, China 12,5 persen, dan Indonesia 1,5 persen.

"Probabilitas Resesi Indonesia hanya1,5 persen, lebih rendah dibanding hampir semua negara," tuturnya.

Airlangga menyampaikan secara spasial, ekonomi Indonesia di wilayah Timur mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu pada provinsi Maluku & Papua 12,15 persen, Sulawesi 6,35 persen, dan Kalimantan 6,17 persen.

"Pertumbuhan ekonomi di ketiga wilayah tersebut utamanya didorong oleh kegiatan pertambangan, industri logam dan pembangunan IKN," pungkasnya.