Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan panen ikan nila salin di tambak seluas 80 hektare (ha) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budi Daya (BLUPPB) Karawang bisa mencapai 10.000 ton per tahun.

Diketahui, siklus panen nila salin memakan waktu hingga delapan bulan.

"Kami targetkan ke depan ini produksinya 1 tahun 10.000 ton dengan berat per ekor tidak kurang dari 1 kilogram (kg) supaya bisa difillet," ujar Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 8 Mei.

Di lain sisi, pihaknya akan memanfaatkan potensi lahan tambak seluas 78.000 ha di kawasan Pantura menjadi tambak nila salin.

Lahan bekas tambak udang yang tidak berfungsi atau idle itu diprediksi mampu memproduksi 4 juta ton ikan nila salin per siklus.

Trenggono mengatakan, pihaknya akan mengajak industri untuk bekerja sama memanfaatkan hasil panen ikan nila salin. Sebab saat ini, tambak ikan nila salin banyak dikelola skala kecil dengan hasil panen sekitar 1,3 juta ton. Sebanyak 90 persen dari hasil panen itu dialokasikan untuk kepentingan lokal.

"Sebab dari sisi produktivitas, budi daya nila salin jauh lebih produktif dengan hasil produksi 87,75 ton per hektare per tahun, dibanding tambak udang tradisional 0,6 ton per hektare per tahun," ucapnya.

Adapun nilai pasar ikan nila salin secara global sangat menjanjikan. Pada 2024, nilai pasar komoditas ini diproyeksi mencapai 14,46 miliar dolar AS. Angka ini diprediksi makin tinggi mencapai 23,02 miliar dolar AS pada 2034.

Negara tujuan ekspornya pun beragam pada 2023, meliputi Amerika Serikat sebesar 849 juta dolar AS, Meksiko 152 juta dolar AS, Uni Eropa 130 juta dolar AS, Timur Tengah 128 juta dolar AS hingga Pantai Gading senilai 73 juta dolar AS.

"Hasil panen akan diolah lebih lanjut menjadi produk olahan ikan fillet dengan tujuan ekspor dan tentunya ada industri. Makanya, tadi kami hadirkan juga pelaku industri," tuturnya.

Sekadar informasi, modeling budi daya nila salin merupakan terobosan Trenggono yang dibangun sejak 2023 dengan lahan seluas 80 ha. Kawasan tambak di BLUPPB Karawang itu terbagi dalam empat kawasan, yakni tambak blok A, B, C dan D.

Budidaya ikan nila salin yang dibangun dengan biaya mencapai Rp 76 miliar itu kini dikelola BLUPPB. Di lokasi tersebut, ada kolam produksi, Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), inlet outlet, tandon hingga laboratorium.

Proses produksinya juga sudah mengedepankan teknologi terkini, salah satunya penggunaan mesin pakan otomatis.

Ke depan, produktivitas modeling diharapkan bisa mencapai sekitar 7.020 ton per siklus atau setara Rp210,6 miliar dengan asumsi harga jual ikan nila salin Rp30.000 per kg. Dari asumsi hitungan ekonomi dengan harga pokok produksi Rp 24.500 per kg, modeling akan menghasilkan keuntungan sekitar Rp38,6 miliar.