Bagikan:

SAMOSIR - Bank Indonesia (BI) optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I dan II 2024 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal IV 2023. Optimisme tersebut sejalan dengan permintaan domestik yang kuat dari konsumsi rumah tangga sepanjang Ramadan dan Idulfitri 1445 Hijriah.

"Kita harapkan dorongan dari permintaan domestik. Konsumsi masih kuat meskipun historisnya memang relatif lebih rendah namun sudah mulai ada perbaikan,” kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (BI) Juli Budi Winantya dalam diskusi Perkembangan Ekonomi Terkini dan Respon Bauran Kebijakan BI, di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Minggu, 28 April.

Disisi lain, Juli menyampaikan investasi bangunan sendiri lebih tinggi ditopang oleh berlanjutnya permintaan Proyek Strategis Nasional (PSN) di sejumlah daerah dan berkembangnya properti swasta sebagai dampak positif dari insentif pemerintah sehingga akan mendorong ekonomi ke depan

"Sementara itu, investasi bangunan kita memperkirakan akan tumbuh lebih baik sehingga akan mendorong ekonomi ke depan," ujarnya.

Sebagai informasi pada 2024, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional bakal berada dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen.

Juli menyampaikan meskipun kondisi saat ini berada ditengah ketidakpastian global, akibat eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah, ekonomi Indonesia masih terbilang kuat.

Menurut Juli banyak investor global yang memindahkan portfolio asetnya ketempat yang lebih aman khususnya mata uang dolar AS dan emas.

"Ini menyebabkan pelarian modal keluar dan pelemahan nilai tukar di negara berkembang semakin besar,” ujarnya.

Seperti diketahui Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi sebesar 6,25 persen.

Selain itu, BI juga menaikan suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility sebesar 25 basis poin sehingga masing-masing menjadi 5,50 persen dan 7,0 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan di level 6,25 persen sebagai langkah konsistensi moneter yang pro stabilitas.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI-Rate sebesar 25 basis point menjadi menjadi 6,25 persen," ungkap Perry dalam konferensi pers, Rabu 24 April 2024.

Perry menyampaikan Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak memburuknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.

Sementara itu, Perry menyampaikan, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga," tuturnya.

Menurut Perry kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran.

Perry menyampaikan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.

"Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," pungkasnya.