Bagikan:

SAMOSIR - Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Juli Budi Winantya menyampaikan, kebijakan BI yang memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi sebesar 6,25 persen relatif aman terhadap target pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"BI punya set of policy instrument. Stance BI tidak hanya dilihat dari kebijakan soal moneternya saja, terutama suku bunga. suku bunga kita masih optimis tidak mengubah kisaran, kebijakan ini memang ditujukan untuk memperkuat stabliitas nilai tukar," tutur Juli dalam diskusi Perkembangan Ekonomi Terkini dan Respon Bauran Kebijakan BI, di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Minggu, 28 April.

Selain itu, Juli menyampaikan kenaikan suku bunga atau BI-Rate juga sebagai langkah pre-emptive antisipasi untuk mencegah suatu hal yang tidak diinginkan, serta kebijakan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.

Juli menyampaikan, BI juga sedang mempersiapkan instrumen insentif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Lebih lanjut, Juli optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I dan II 2024 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal IV 2023. Optimisme tersebut sejalan dengan permintaan domestik yang kuat dari konsumsi rumah tangga sepanjang Ramadan dan Idulfitri 1445 Hijriah.

"Kita harapkan dorongan dari permintaan domestik. Konsumsi masih kuat meskipun historisnya memang relatif lebih rendah namun sudah mulai ada perbaikan,” katanya.

Di sisi lain, Juli menyampaikan investasi bangunan sendiri lebih tinggi ditopang oleh berlanjutnya permintaan Proyek Strategis Nasional (PSN) di sejumlah daerah dan berkembangnya properti swasta sebagai dampak positif dari insentif pemerintah sehingga akan mendorong ekonomi ke depan.

"Sementara itu, investasi bangunan kita memperkirakan akan tumbuh lebih baik sehingga akan mendorong ekonomi ke depan," ujarnya.