Bagikan:

JAKARTA - KBRI Bern mencatat peningkatan perdagangan RI-Swiss hingga tiga kali lipat. Hal ini setelah berlakunya Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia-EFTA (IE-CEPA) sejak 1 November 2021.

Berdasarkan data KBRI, perdagangan bilateral Indonesia-Swiss pada 2023 meningkat menjadi Rp3,11 miliar dolar AS (sekitar Rp50,31 triliun) dengan surplus lebih dari 2 miliar dolar AS untuk Indonesia.

“Bagi Indonesia, Swiss dan negara yang tergabung ke dalam EFTA (Swiss, Norwegia, Liechtenstein dan Islandia) merupakan mitra pertama CEPA di Eropa, sementara Indonesia merupakan mitra pertama EFTA di ASEAN,” kata Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein Ngurah Swajaya mengutip Antara.

Indonesia dan Swiss baru saja mengadakan pertemuan ke-10 Joint Economic Trade and Comission (JETC) di Bern, pada 23 April lalu, yang merupakan dialog tahunan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara, membahas tantangan dan peluang, khususnya dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing.

Sehari sebelum pertemuan JETC, Dubes Ngurah juga menghadiri The Third Annual Meeting of the Swiss-Indonesia Trade and Sustainability Council di Zurich, yang diselenggarakan oleh KADIN Indonesia dan Economiesuisse .

Pertemuan tersebut merupakan rangkaian JETC untuk melanjutkan kerja sama isu keberlanjutan dan perdagangan, serta meningkatkan kapasitas UMKM Indonesia dalam sektor industri tekstil dan infrastruktur.

Isu-isu kerja sama ekonomi dan pembangunan yang diangkat dalam JETC antara lain, kelanjutan kerja sama pembangunan Indonesia-Swiss periode 2025-2028, investasi industri berbasis teknologi dan rendah karbon, kerja sama kesehatan, ekonomi digital, optimalisasi pemanfaatan CEPA, termasuk kerja sama bidang pendidikan vokasi dan profesionalisme untuk meningkatkan daya saing industri Indonesia.

Pertemuan itu menyepakati beberapa hasil konkret, antara lain memulai pembahasan perpanjangan kerja sama pembangunan 2025-2028, meningkatkan diversifikasi produk ekspor Indonesia ke Swiss, termasuk akses yang lebih banyak bagi UMKM Indonesia yang unggul, peningkatan investasi dengan memanfaatkan Indonesia sebagai bagian dari rantai pasok industri Swiss di kawasan Asia.

Pembahasan juga mencakup penjajakan kerja sama dalam berbagai bidang lainnya, seperti pariwisata, penghindaran pajak berganda dan kerja sama perhubungan udara.

Kerja sama bidang pendidikan, khususnya vokasi dan profesionalisme, telah dimulai dan akan terus diperkuat untuk mendukung peningkatan daya saing industri Indonesia, khususnya yang berbasis teknologi dan rendah karbon.

“Dalam memperkuat ekosistem industri berteknologi tinggi dan rendah karbon di Indonesia, KBRI akan terus melakukan pendekatan kepada pelaku industri Swiss dan pelaku UMKM,” kata Ngurah.

Secara ekonomi, perdagangan bilateral kedua negara telah melampaui kisaran 3 miliar dolar AS dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak berlakunya IE-CEPA dan Indonesia saat ini menjadi tuan destinasi investasi sekitar 150 perusahaan Swiss di berbagai bidang.

Perjanjian bilateral bidang ekonomi juga segera diperkuat dengan Perjanjian Investasi Bilateral atau Perjanjian Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal (P4M), yang telah ditandatangani pada 2022 dan diharapkan berlaku tahun 2024.

Berlakunya kedua perjanjian tersebut diharapkan memperkuat pemanfaatan potensi kerja sama yang masih signifikan untuk ditingkatkan.

Kehadiran pihak swasta kedua negara dan perwakilan beberapa kementerian memberikan nilai tambah untuk mendorong secara konkret komitmen peningkatan kerja sama ekonomi.

“Peningkatan nilai perdagangan hingga tiga kali lipat justru terjadi di akhir COVID-19 dan pada saat kondisi ekonomi global yang belum pulih, menunjukkan komitmen dan potensi yang masih sangat besar untuk dikembangkan bagi keuntungan rakyat kedua negara,” kata Ngurah.

Total nilai perdagangan Indonesia-Swiss pada 2023 mencapai 3,11 miliar dolar AS atau Rp50,31 triliun, dengan total nilai ekspor Indonesia sebesar 2,66 miliar dolar AS (Rp43,09 triliun), sedangkan nilai impor Indonesia dari Swiss adalah 446,29 juta dolar AS (Rp7,21 triliun).

Dengan demikian, nilai surplus perdagangan Indonesia-Swiss adalah senilai 2,21 miliar dolar AS atau sekitar Rp35,88 triliun.

Neraca perdagangan Indonesia-Swiss pada 2023 meningkat 24,32 persen, dengan neraca ekspor meningkat 20,37 persen dan neraca impor juga meningkat 3,92 persen dibandingkan tahun 2022 (YoY).

Terkait dengan investasi, periode Januari-Desember 2023 menunjukkan bahwa Swiss berada di urutan ke-6 dari seluruh negara Eropa. Jumlah proyek investasi dari Swiss mencapai 750 proyek, dengan nilai investasi sebesar 150,065 juta dolar AS.

Pada 2022, Swiss berada di urutan ke-5 di Eropa dengan proyek investasi sebanyak 292 proyek, dengan nilai investasi 133,772 juta dolar AS.

Nilai investasi Swiss ke Indonesia meningkat sebesar 12,17 persen pada 2023 dibandingkan tahun 2022 (YoY).