Harga Pangan Tinggi, Kontribusi Mudik Lebaran Diprediksi Lebih Rendah ke Ekonomi RI
Pangan (foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyampaikan perilaku konsumen pada mudik tahun ini akan sedikit berbeda dibandingkan tahun lalu, utamanya disebabkan kenaikan harga pangan yang telah terjadi sejak November 2023.

“Tapi kalau kita kaitkan dengan perilaku konsumen, mudik tahun ini saya bilang agak lain. Karena kalau kita bandingkan tahun lalu mudik juga di bulan April, tahun lalu masyarakat tidak dihajar kenaikan harga dari awal tahun,”ucapnya dalam diskusi publik Indef yang digelar secara virtual, dikutip Selasa, 27 Maret 2024.

Menurut Eko pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2024 tepatnya saat momentum lebaran berada dikisaran 5 persen, angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan Lebaran tahun lalu yang sebesar 5,17 persen.

“Lebaran tahun lalu ekonomi bisa tumbuh 5,17 persen, kalau tahun ini Triwulan I mungkin kalau perhitungan saya hanya akan 5 persen, jadi sedikit turun. Kenapa, ya tadi tekanan harga sudah dirasakanan konsumen. Betul mereka akan mudik, tapi siap-siap saja uang fitrahnya tidak sebesar tahun lalu,”ujar Eko.

Selain itu, Eko mengkhawatirkan secara musiman ekonomi di Triwulan I 2024 akan lebih tinggi dibandingkan Triwulan IV 2023, namun diperkirakan tetap tidak setinggi lebaran tahun lalu.

“Nanti April saat lebaran sudah panen raya tapi tetep harganya tinggi, itu menggambarkan potensi laju konsumsi meningkat. Ini sudah tergerus sejak awal tahun,” ucapnya.

Menurut Eko harga komoditas pangan utamanya beras masih mengalami kenaikan sejak akhir tahun lalu, dan hingga kini pemerintah dinilai masih belum dapat mengendalikan harga tersebut. Dalam hal ini, Ia melihat data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS).

Selain itu, Eko menyampaikan pemerintah telah mengklaim sudah melakukan panen di beberapa wilayah namun harga beras hingga kini masih belum stabil.

Eko menjelaskan selain harga beras, menurutnya beberapa komoditas pangan utama seperti daging, hingga telur juga mengalami peningkatan harga seperti yang tercantum dalam panel data PIHPS.

Menurut Eko, hal tersebut merupakan konsekuensi dari ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan harga barang menjelang lebaran.

“Tidak hanya beras ya pada hari ini, daging, telur, pada harga-harga yang di PIHPS sudah meningkat, dan itu konsekuensi ketidakmampuan pemerintah mengendalikan harga-harga barang menjelang lebaran,” ujarnya.

Eko menambahkan, salah satu indikator atau tanda-tanda adanya perlambatan ekonomi saat momentum lebaran yaitu jika terjadi pergeseran moda transportasi yang dilakukan masyarakat.

“Salah satu indikatornya kita akan lihat moda pilihan yang mereka pilih transportasi, kalau sudah shifting ke darat yang tidak pribadi itu mungkin ada ini, ekonomi itu ada tanda-tanda perlambatan,” pungkasnya.