Bagikan:

JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia resmi menetapkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sebagai pemenang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Adapun pasangan Prabowo- Gibran menginginkan tax ratio Indonesia berada di level 16 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Senior Analyst Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita menilai, target tax ratio sebesar 16 persen seperti negara-negara tetangga seperti Thailand yang dicanangkan pasangan Prabowo dan Gibran terlampau tinggi dan akan membebani dunia usaha dan menekan daya beli.

"Untuk mencapai pertumbuhan tinggi tersebut sangat kontradiktif dengan ambisi tax ratio. Jika ambisi menaikan tax ratio adalah berupa kenaikan pajak secara serampangan, maka akan membebani dunia usaha dan menekan daya beli," jelasnya kepada VOI, Kamis 21 Maret 2024.

Menurut Ronny untuk menaikan tax ratio Indonesia sangat sulit di level 16 persen jika pemerintah tak mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen.

"Tak mudah menaikan tax ratio Indonesia. Jangankan menjadi 16 persen, menjadi 12 persen saja radanya berat, jika pemerintah tak mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen," tuturnya.

Ronny mengingatkan ambisi tax ratio yang tinggi akan kontraproduktif terhadap ambisi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, jika tak dijalankan secara hati-hati.

"Ambisi pertumbuhan ekonomi versi Prabowo Gibran sangat ambisius, bahkan overshoot, ambisi tax ratio yang tinggi juga bisa kontraproduktif terhadap pertumbuhan, jika tak dijalankan dengan konsep yang jelas," ucapnya.

Menurut Ronny untuk iklim investasi masih akan seperti sebelumnya, mengingat platform ekonomi Prabowo-Gibran adalah keberlanjutan dari platform ekonomi Jokowi.

Namun, Ronny memperkirakan akan terlihat perbedaanya setelah awal tahun depan, saat pasangan Prabowo Gibran benar-benar akan membawa sesuatu yang baru yang diharapkan dunia usaha dan investor atau sebaliknya.

Ronny menekankan, sebaiknya pasangan Prabowo-Gibran tak banyak berbicara terkait angka, namun lebih ke rencana kebijakan apa saja yang akan dilakukan untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi menjadi 6 persen.

"Dan rencana fiskal apa yang akan mereka terapkan untuk mengangkat tax ratio Indonesia. Jika hanya mengulang "kebijakan Jokowi", atau hanya bicara makan siang gratis yang belum jelas pembiayaannya, maka 6 persen pertumbuhan masih akan sulit didapat dan 16 persen tax rasio akan jadi angan-angan semata," pungkasnya.