Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Umum Majels Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Pengamat Sosial Ekonomi dan Keagamaan Anwar Abbas menolak rencana merger atau penggabungan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan BTN Syariah.

Ia pun menyoroti porsi pembiayaan kepada UMKM dari Bank Muamalat dan BTN Syariah. Menurut dia, merger hanya akan menguntungkan pengusaha besar dan merugikan UMKM.

“Saya dengan tegas menyatakan tidak setuju dengan merger tersebut karena hal demikian jelas akan sangat menguntungkan para pengusaha besar/pemilik kapital/konglomerat dan oligark dan hanya sedikit menguntungkan bagi UMKM,” ujar Anwar dalam keterangan yang diterima VOI, Senin, 19 Februari.

Karena itu, Anwar mengaku ingin Bank Muamalat tetap bertahan dengan filosofinya sebagai bank milik umat dan untuk umat. Menurut dia, perbaikan Bank Muamalat juga bisa dilakukan tanpa harus adanya merger.

“Untuk itu saya ingin BMI (Bank Muamalat Indonesia) tetap bertahan dengan jati dirinya sebagai bank yang punya filosofi dan paradigma dari umat, bersama umat, milik umat dan untuk umat,” katanya.

Anwar mejelaskan pangsa pasar dari bank berskala besar umumnya menyasar pembiayaan ke usaha-usaha besar. Melihat porsi pembiayaannya, 70 persen pembiayaan menyadar 5.550 pelaku usaha. Sementara, 30 persen sisanya baru menyasar ke 65 juta pelaku UMKM.

“Kesimpulan saya ini bukan tidak berdasar. Dasarnya yaitu amanat dari BI kepada dunia perbankan supaya di tahun 2024 ini minimal 30 persen kredit dan pembiayaan dari dunia perbankan harus dikucurkan kepada UMKM. Kita tahu dunia usaha di negeri ini hanya dibagi dua yaitu usaha besar dan UMKM,” tuturnya.

Opsi Penyelamatan Bank Muamalat

Menurut Anwar, ada opsi lain jika konteksnya adalah untuk menyelamatkan kondisi keuangan Bank Muamalat. Opsi yang dimaksud adalah penguatan dalam manajemen Bank Muamalat. Misalnya dengan menempatkan orang-orang yang dinilai kompeten.

Anwar mengatakan kualifikasi orang-orang ini, haruslah yang bisa berpihak pada kelompok UMKM. Dengan langkah ini, kata dia, harapannya ada gerak Bank Muamalat kedepannya yang akan mementingkan UMKM.

“Bagi memperbaiki kinerja BMI kedepan maka manajemen BMI yang ada hari ini (seperti) Komisaris, Direksi dan jabatan-jabatan yang ada satu tingkat dibawahnya harus dirombak total dan diserahkan kepada orang-orang yang selama ini sudah biasa dan terbiasa berhubungan dengan usaha kecil, mikro dan ultra mikro," tegas dia.

Menurut Anwar, untuk mencari dan mendapatkan orang-orang yang bisa mendukung ide tersebut jelas tidak sulit karena di negeri ini sudah banyak orang yang sukses dalam memberdayakan masyarakat lapis bawah.

“Apakah itu dari BMT/BTM, Modal ventura syariah ,PNM Syariah dan lain-lain yang usaha mereka benar-benar tampak membela rakyat kecil,” katanya.

Anwar menilai jika hal ini bisa dilakukan maka akan terjadi sebuah perubahan yang bersifat struktural. Misalnya, terjadi mobilitas vertikal secara besar-besaran dari kelas bawah ke kelas menengah.

“Sehingga jumlah kelas menengah kita dari tahun ketahun akan semakin membesar dan membesar sehingga bentuk dunia usaha kita kedepan tidak lagi seperti piramid tapi sudah seperti belah ketupat,” tuturnya.

Sekadar informasi, Bank Muamalat Indonesia sendiri didirikan atas gagasan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan pengusaha Muslim. Rencana ini pun mendapatkan dukungan dari pemerintah Indonesia.