Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan segera menemui Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait rencana merger atau pengabungan PT Bank Tabungan (Negara) Syariah dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI).

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menjelaskan bahwa hingga saat ini rencana merger BTN Syariah dengan Bank Muamalat masih dalam proses pembahasan. Nantinya, MUI juga akan diajak bicara terkiat dengan prosesnya.

“Ini nanti pasti kita akan bicarakan ke MUI semua, proses-proses ini,” ujarnya saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin, 19 Februari.

Menurut Arya, penggabungan BTN Syariah dan Bank Muamalat ini diharapan dapat juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia.

“Kita liat nanti bagaimana, ini kan aksi korporasi. Sesuai dengan kesepakatan pasti dia ngikuti perkembangan ekonominya aja,” ucapnya.

Terkait dengan kekhawatiran MUI akan porsi peran perbankan ke UMKM berkurang jika Bank Mualat dimergerkan dengan BTN Syariah, Arya bilang hal merger ini akan bernasib sama dengan PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. (BRIS).

“Jadi inilah, udah kita buktikan buktikan kok di BSI dan semua bagus, hasilnya bagus. Kenapa enggak kita bikin lebih baik lagi yang lain?,” tuturnya.

Sebelumnya diberitakan, Wakil Ketua Umum Majels Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Pengamat Sosial Ekonomi dan Keagamaan Anwar Abbas menolak rencana merger atau penggabungan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan BTN Syariah.

Ia pun menyoroti porsi pembiayaan kepada UMKM dari Bank Muamalat dan BTN Syariah. Menurut dia, merger hanya akan menguntungkan pengusaha besar dan merugikan UMKM.

“Saya dengan tegas menyatakan tidak setuju dengan merger tersebut karena hal demikian jelas akan sangat menguntungkan para pengusaha besar/pemilik kapital/konglomerat dan oligark dan hanya sedikit menguntungkan bagi UMKM,” ujar Anwar dalam keterangan yang diterima VOI, Senin, 19 Februari.

Karena itu, Anwar mengaku ingin Bank Muamalat tetap bertahan dengan filosofinya sebagai bank milik umat dan untuk umat. Menurut dia, perbaikan Bank Muamalat juga bisa dilakukan tanpa harus adanya merger.

“Untuk itu saya ingin BMI (Bank Muamalat Indonesia) tetap bertahan dengan jati dirinya sebagai bank yang punya filosofi dan paradigma dari umat, bersama umat, milik umat dan untuk umat,” katanya.