Menteri ESDM Arifin Tasrif Beri Sinyal Harga Pertamax dkk Naik Bulan Depan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. (Maria Trisnawati/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberikan sinyal adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi seperti Pertamax pada bulan Maret 2023 sebagai respons atas kenaikan harga minyak dunia.

Padahal sebelumnya pada awal Bulan Februari 2024 Pertamina memutuskan untuk menahan harga BBM non subsidinya alias tidak ada perubahan harga dari bulan Januari 2024.

Arifin mengatakan saat ini harga minyak dunia berada pada kisaran 82 dolar AS per barel. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 5 hingga 6 dolar AS dibandingkan tahun 2023.

"Saat ini harga minyak dunia sudah 82 dolar AS per barel. Naik 6 dolar AS dari tahun lalu. Biaya produksi juga pasti naik," ujar Arifin kepada media saat ditemui di Gedung Direktorat Jederal Minyak dan Gas Bumi, Jumat 16 Februari.

Meski demikian Arifin memastikan harga BBM bersubsidi seperti Pertalite tidak akan mengalami perubahan karena mendapat subsidi dari pemerintah.

Sementara untuk bahan bakar non subsidi masih akan bergantung pada daya tahan badan usaha penyedia BBM apakah akan menaikkan harga jualnya atau menahan harga.

"Non subsidi nanti kan tergantung daya tahan badan usaha. Itu biar badan usaha yang jelaskan jadinya kompetisi (dengan badan usaha lain). Kualitasnya rerata samalah," pungkas Arifin.

Sebelumnya Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan fluktuasi harga minyak dunia yang terjadi saat ini bisa menaikkan harga BBM non subsidi RI di bulan depan.

Menurut Tutuka, dengan adanya konflik di Timur Tengah yang terjadi saat ini, harga minyak dunia terus mengalami fluktuasi harga sehingga memungkinkan ada kenaikan harga BBM nonsubsidi.

"Tren keseluruhan naik, walau naik turun naik turun, tapi kecenderungannya naik," ujar Tutuka saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin 12 Februari.

Tutuka menambahkan, permasalahan distribusi dan logistik minyak mentah yang dihadapi di Timur tengah menjadi faktor utama badan usaha akan mengerek harga minyak di bulan Maret 2024.

"Ini tergantung permasalahan di Timur Tengah, jadi kan itu membuat sistem logistiknya jadi terganggu," sambung Tutuka.