Faisal Basri: Bansos Simbol Kegagalan Jokowi Sejahterakan Rakyat
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Ekonom senior Indef Faisal Basri mengungkapkan, penerima bantuan sosial atau bansos di era pemerimtahan Joko Widodo (Jokowi) jumlahnya makin bertambah dibandingkan dengan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Bahkan, sambung Faisal, angkanya juga meningkat dibandingkan dengan masa pandemi COVID-19. Adapun Indonesia mengalami pandemi pada 2020 dan mulai recovery di tahun 2022.

“Dikaitkan dengan bansos, bansos itu meningkat dari era SBY ke Jokowi. Meningkat dibandingkan dengan masa COVID-19. Namanya bantuan sosial artinya makin banyak orang yang bebannya berat,” katanya dalam diskusi Indef, di Hotel Mainhattan Jakarta, Senin, 5 Februari.

Faisal pun menilai bahwa dari hal sederhana seperti bansos saja dapat tergambar bahwa pemerintahan Jokowi gagal melaksanakan amanat undang-undang untuk menyejahterakan rakyat Indonesia.

“Jadi Jokowi ternyata gagal menyejahterakan rakyat Indonesia, buktinya makin banyak orang yang menerima bansos. Yang ngangur, yang di PHK, yang gagal panen, yang pupuknya kurang dan sebagainya,” ucapnya.

Jokowi, sambung Faisal juga gagal dalam menurunkan jumlah orang yang hidupnya rentan secara ekonomi. Hal ini tercermin dari jumlah penerima bansos yang terus bertambah.

“Gagal Jokowi. Terbukti bahwa orang yang rentan hidupnya itu tidak turun, tercermin dari bansos yang naik terus,” katanya.

Faisal meyayangkan, tidak ada satu pun calon presiden (capres) yang berani membahas masalah kenaikan jumlah penerima bansos ini di dalam debat semalam.

Seperti diketahui, semalam Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyelenggarakan debat kelima atau debat terakhir Pilpres 2024 sebelum pemilihan di 14 Februari mendatang.

“Tidak ada yang berani ngomong terus. Karena peneliti Indef, kami punya etika dan moral gitu. Padahal ini digembar gemborkan oleh nomor 01 dan 03. Tapi enggak keluar karena takut konsekuensi menyerang Jokowi ndak populer di medsosnya negatif, itu dia,” tuturnya.