Bagikan:

JAKARTA - Ekonom dan politikus Faisal Basri meninggal dunia pada usia 65 tahun, Kamis 5 September pukul 03.50 WIB di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta.  Faisal Basri menjadi salah satu pendiri PAN dan kalah dari Joko Widodo (Jokowi) pada Pilgub Jakarta 2012.

Faisal Basri menjadi salah satu pendiri Majelis Amanah Rakyat (Mara) yang merupakan cikal bakal Partai Amanat Nasional (PAN) dan beberapa organisasi nirlaba, seperti Yayasan Harkat Bangsa, Global Rescue Network, dan Yayasan Pencerahan Indonesia.

Sejak 2000, Faisal juga diangkat menjadi anggota Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU).

Pada 2012, Faisal Basri menggandeng Biem Benyamin, putra tokoh legendaris Betawi Benyamin Sueb maju mencalonkan diri sebagai calon gubernur Jakarta dari jalur independen, tetapi dia tidak berhasil memenangi Pilgub DKI Jakarta dengan suara lebih sedikit dari Joko Widodo (Jokowi), Fauzi Bowo, dan Hidayat Nur Wahid.

Namun, perolehan suara lulusan master of arts (MA) dalam bidang ekonomi, Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, AS ini lebih banyak dari Alex Noerdin dan Hendardji Soepandji.

Sementara mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan Faisal Basri adalah salah satu senior dan gurunya.

"Kehilangan besar buat negeri ini. Saya banyak sekali belajar dari Bang Faisal, tidak hanya soal ekonomi, ia menjadi teladan soal integritas, keteguhan sikap, serta komitmen pada demokrasi dan keadilan," kata Chatib.

Sedangkan Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla ungkapkan pemerintah membutuhkan sosok seperti Ekonom Senior Faisal Basri yang berani dan ahli dalam mengolah data serta sangat mengerti dalam bidang ekonomi.

"Ya tentu di pemerintahan apa saja, di negara apa saja, perlu ada sosok yang mengingatkan dan berani tapi juga harus dengan ilmiah dasarnya, konsekuen dengan data. Tidak banyak yang bisa seperti itu, itulah Pak Faisal Basri, kita kehilangan itu," katanya di rumah duka, Kamis, 5 September.

Jusuf Kalla menilai, Faisal merupakan orang yang kritis dan apabila terdapat langkah pemerintah yang kurang tepat dalam mengambil kebijakan, maka almarhum dengan lantang mengkritisi kebijakan tersebut.

"Kita kenal semua, Pak Faisal itu orang pintar, intelektual di bidang ekonomi dan berani. Banyak orang pintar tapi tidak berani. Banyak orang berani tapi tidak pintar," tambahnya.