Perluas Pangsa Pasar, Kemenperin-Dubai Health Authority Perkuat Kerja Sama Industri Alkes
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier. Foto: (Dok. Kemenperin)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkuat kerja sama di sektor industri alat kesehatan dengan Dubai Health Authority (DHA).

DHA sendiri merupakan bagian dari pemerintah wilayah Dubai yang mengawasi pelayanan sektor kesehatan serta membawahi puluhan klinik dan rumah sakit terkemuka di wilayah tersebut.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier berharap, jalinan kerja sama itu dapat membuka peluang bagi para industri alat kesehatan Indonesia untuk memperluas pangsa ekspornya ke Dubai.

"Industri dalam negeri memiliki kemampuan untuk memproduksi alat kesehatan berkualitas tinggi dan berstandar ekspor, seperti produk hospital furniture, alat suntik, apparatus diagnosis elektronik hingga oxygen therapy machine. Produk-produk tersebut telah menembus pasar internasional dengan nilai ekspor sepanjang 2023 mencapai 209,4 juta dolar AS," kata Taufiek dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Rabu, 31 Januari.

Dalam pameran Arab Health 2024, Kemenperin mengajak 19 industri alat kesehatan dalam negeri untuk memamerkan berbagai produk unggulannya.

Selain itu, Kemenperin juga mengadakan Forum Bisnis Alat Kesehatan sebagai kesempatan untuk memberikan penjelasan dan informasi mengenai kemampuan dan kualitas produk alat kesehatan Indonesia di mata dunia.

Sebagai contoh, operating table produksi PT Mega Andalan Kalasan (MAK) asal Yogyakarta yang telah diekspor ke 51 negara, di antaranya Tanzania dan Republik Ceko.

Hal tersebut menjadikan Dubai yang merupakan hub internasional memiliki peran penting dalam peningkatan ekspor produk alat kesehatan. Begitu pula dengan produk alat suntik buatan PT Oneject Indonesia, yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 1,2 miliar unit per tahun dan telah diekspor ke negara-negara Afrika.

Dalam rangkaian acara di Dubai, Taufiek juga bertemu dengan Special Advisor DHA Younis Mohammed Kazim dan berdiskusi mengenai potensi alat kesehatan asal Indonesia untuk bekerja sama dengan otoritas kesehatan di Dubai.

Kazim menyebut, bahwa Dubai memiliki 52 rumah sakit bertaraf internasional dan akan membangun setidaknya empat rumah sakit baru pada tahun ini.

"Saya percaya industri alat kesehatan di Indonesia akan berkembang pesat di masa mendatang. Apalagi, jika melihat potensi Indonesia dengan jumlah penduduk yang mencapai 270 juta jiwa. Dubai memiliki kemiripan dengan Indonesia dalam pengembangan sektor kesehatannya dan saya yakin Indonesia juga mampu sukses dalam mengelola pelayanan kesehatan bagi warganya," ujarnya.

Sementara itu, Pemerintah Uni Emirates Arab bekerja sama dengan Pemerintah RI akan membangun Rumah Sakit Kardiologi Emirates-Indonesia di Solo Technopark yang merupakan wujud komitmen kedua negara untuk saling dukung dalam menciptakan pelayanan kesehatan.

Pendirian rumah sakit tersebut bertujuan mempermudah warga di sekitar wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta untuk mengakses fasilitas kesehatan, khususnya berkaitan dengan kesehatan jantung.

Rumah sakit tersebut akan dibangun dengan kapasitas 100 bed atau tempat tidur dan dioperasikan khusus untuk spesialisasi jantung/kardiovaskular, yang diharapkan dapat beroperasi pada Oktober 2024.

Dalam pembangunan fasilitas itu, diharapkan pula industri alat kesehatan Indonesia dapat turut berpartisipasi, utamanya dalam penyediaan sarana dan prasarana penunjang layanan kesehatan, seperti hospital bed, operating table hingga peralatan teknologi.