Prediksi Kondisi Politik akan Normal, Mirae Asset Sekuritas Optimistis Jumlah Nasabah Naik 10 Persen
CEO Mirae Asset Sekuritas Tae Yong Shim. (Foto: Dok. Mirae)

Bagikan:

JAKARTA - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis minat investasi publik terhadap instrumen investasi di pasar modal akan membaik pada semester II tahun ini dan memprediksi jumlah nasabah dapat tumbuh sekitar 10 persen dari sekitar 330.000 pada akhir tahun lalu.

CEO Mirae Asset Sekuritas Tae Yong Shim mengatakan, prediksi positif tersebut seiring dengan prediksi pelonggaran kebijakan suku bunga global dan nasional.

Selain itu, optimisme tersebut juga didukung oleh kondisi politik yang diprediksi akan berjalan aman dan damai hingga nantinya akan menghasilkan duet pimpinan negara baru yang peralihan kepemimpinannya juga akan damai.

“Kami optimistis seiring dengan prediksi positif analis kami dan sebagian besar pelaku pasar, terutama pada semester II 2024,” ujarnya dalam keterangannya, Selasa, 24 Januari 2024.

Menurut Shim, optimisme tersebut didukung oleh inovasi yang akan dilakukan perusahaan tahun ini seperti rencana peluncuran platform transaksi saham baru.

Platform tersebut dinyatakan akan menjadi online trading saham pertama yang didukung oleh teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

Selain itu, Shim mengatakan, perusahaan juga akan meningkatkan layanan untuk nasabah sehingga mampu mengedepankan sifat pengelolaan aset (wealth management) nasabah.

Dia menjelaskan, iklim investasi tahun ini diyakini akan lebih baik dibanding tahun lalu karena pada 2023 kondisi makro ekonomi dunia sedang tidak kondusif terutama karena rezim suku bunga tinggi, panasnya geopolitik, dan polarisasi politik dunia.

Menurut Shim, karena gejolak global tersebut, suku bunga acuan domestik kemudian dinaikkan hingga 6 persen untuk menghadapi potensi gejolak inflasi dan nilai tukar dolar AS.

"Karena kondisi tersebut, pasar modal domestik tahun lalu juga diwarnai aksi arus keluarnya dana investor asing (capital outflow) senilai Rp 6 triliun," Jelasnya.

Adapun data bursa menunjukkan bahwa nilai transaksi harian saham rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) tahun lalu turun menjadi sekitar Rp11 triliun per hari dari sebelumnya Rp15 triliun per hari pada 2022.

Meskipun kondisi tahun lalu kurang kondusif, Shim mengatakan, Mirae Asset berhasil menutup tahun 2023 dengan mempertahankan posisi sebagai salah satu perusahaan efek terbesar, terutama dilihat dari sisi volume dan frekuensi transaksi saham.

Pangsa pasar Mirae Asset dari sisi frekuensi dan volume transaksi saham masing-masing mencapai 12 persen dan 9 persen, meskipun terjadi penurunan dari sisi nilai transaksi akibat kurang bergairahnya aktivitas investasi dan transaksi investor ritel di pasar saham.

Tahun lalu, Bursa Efek Indonesia mencatat porsi nilai transaksi investor ritel turun menjadi 38,1 persen dari tahun sebelumnya 44,7 persen, seiring dengan turunnya porsi kepemilikan saham ritel menjadi 16,8 persen pada 2023 dari 19,2 persen pada 2022.

Selain itu, Mirae Asset juga mempertahankan posisinya sebagai salah satu perusahaan efek dengan permodalan kuat di Indonesia, yaitu dengan nilai Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) di kisaran Rp1,4 triliun.