Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengungkapkan keresahannya terkait nasib masyarakat di pesisir Pantura Jawa yang sering mengalami banjir rob.

Kondisi tersebut juga menyebabkan penurunan muka tanah atau degradasi tanah terus terjadi di wilayah itu setiap tahunnya.

"Kualitas hidup sebagian rakyat kita yang sangat mengenaskan dan tidak manusiawi tidak boleh disebut hal lumrah dan ditoleransi untuk 10 tahun sampai 15 tahun mendatang," ujarnya saat menghadiri acara strategi perlindungan kawasan Pulau Jawa melalui pembangunan tanggul pantai dan tanggul laut (Giant sea wall) di grand ballroom kempinski, Rabu, 10 Januari.

Prabowo mengaku tidak ingin nasib 50 juta warga di Pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa dipertaruhkan akibat ancaman erosi, abrasi, banjir, penurunan permukaan tanah/Land Subsidence.

"Saya merasa terpanggil untuk lebih memusatkan perhatian kepada Giant Sea Wall ini. Kita harus kumpulkan otak-otak terbaik bangsa, segera kita percepat pembangunan Giant Sea Wall untuk selamatkan bangsa Indonesia, terutama 50 juta masyarakat yang hidup di Pantura Jawa," ujarnya

Menurutnya, kondisi masyarakat di pesisir Pantura cukup memperhatikan.

"Saya pernah kampanye dan kunjungi daerah di situ, dari 2014 sampai sekarang saya melihat keluarga-keluarga itu yang hidup di ruangan tidur, ruang makan, air setinggi lutut. Anak mereka hidup di tengah air, di tengah lalat, nyamuk, dan sampah. Ini membuat saya bertanya kepada diri saya, apa yang saya bisa buat untuk segera merubah. Bukan kelak di kemudian hari, tapi segera" ungkapnya.

Prabowo menyampaikan pembangunan Giant Sea Wall merupakan masalah serius dan penting dimana proyek tersebut bisa menjadi solusi atau jawaban atas peristiwa tersebut.

Sebagai seorang pejabat, Prabowo mengaku dirinya turut berperan dalam mengatasi naiknya air laut di Pantura Jawa sebagai salah satu pimpinan politik pemerintahan Indonesia.

"Terus terang saja, bukan kapasitas saya sebagai Menhan, tapi kapasitas saya sebagai pemimpin politik. Tiap berapa tahun saya kampanye, dan kunjungi daerah-daerah itu," ungkap Prabowo.

Prabowo menyebut dirinya sebagai pemimpin politik harus segera melakukan perubahan kondisi yang ada saat ini.

"Karena ini sama sekali nggak bisa kita terima sebagai negara pancasila, sebagai negara G20, sebagai pemimpin ASEAN, sebagai yang kita harap jadi pemimpin selatan non blok. Ini seharusnya kita nggak boleh terima," ujarnya.

Untuk itu, Prabowo mengajak para menteri dalam kabinet Indonesia Maju untuk turun tangan dan bergerak untuk mengatasi hal tersebut.

"Maka demikian saya ajak rekan-rekan saya dalam kabinet Indonesia Maju, Menko Perekonomian terutama, Menteri BUMN dan beberapa pemimpin lain dan kita sepakat kita mengangkat kembali gagasan Giant Sea Wall ini menjadi fokus perhatian," Jelasnya.

Selain itu, Prabowo menginstruksikan universitas pertahanan untuk melakukan kajian dan observasi atas permasalahan tersebut.

"Banyak hal yang dikaji mulai dari tanggul raksasa hingga beberapa opsi rumah apung. Maka saya tugaskan Universitas Pertahanan untuk melakukan kajian apa yang harus dilakukan dan segera," pungkasnya.