Bagikan:

JAKARTA - Pakar Ekonomi Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo-Mahfud MD Irwan Ariston Napitupulu mengungkapkan kinerja pasar modal RI di zaman kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terbilang rendah.

Irwan mengatakan, bahwa kinerja pasar modal di kepemimpinan Jokowi hanya mampu berada di angka 46,1 persen sejak 2019-2023.

"Lalu, saya coba bandingkan juga ke era presiden sebelumnya, yaitu kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dikatakan autopilot saat itu. Yang (Jokowi) ini kerja keras dan (SBY) autopilot," ujar ujar Irwan dalam agenda Dialog Arah Kebijakan Investasi dan Pasar Modal 2024-2029 di Jakarta, Senin, 8 Januari.

"Ternyata saya cek, saya kaget juga loh kok Presiden SBY kinerja pasar modalnya sampai 489 persen, sementara Presiden Jokowi itu sampai 5 Januari 2024 (pembukaan IHSG) sekitar 46, 1 persen," sambungnya.

Dia pun mengaku kaget terkait hasil tersebut. Menurut Irwan, seharusnya di tengah pembangunan infrastruktur yang begitu masif ikut menggenjot peningkatan kinerja pasar modal RI.

"Kok beda jauh sekali? Ada apa? Something wrong? Karena secara feeling seharusnya jauh lebih bagus dari Presiden Jokowi, seharusnya kalau saya lihat dengan banyaknya pembangunan," ucap Irwan.

Sontak Irwan pun bertanya-tanya mengenai hal tersebut. Dia menilai, pembangunan yang kian masif seharusnya bisa memberikan dampak positif bagi kinerja pasar modal RI.

"Jadi, ada yang salah di mana? Harusnya, kan, pembangunan yang bagus ini berdampak ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kami sebagai pelaku pasar modal, kan, pengennya juga mendapatkan imbas positifnya dari pembangunan ini," tuturnya.

Lebih lanjut, Irwan pun berusaha mendalami soal tersebut lantaran dirinya juga merupakan salah satu investor.

Saat dirinya mengetahui adanya pembangunan infrastruktur yang cukup masif, ia lantas berinvestasi di perusahaan semen atau baja.

Namun, Irwan begitu kaget bahwa dampak yang ditimbulkan dari hal tersebut ternyata jauh dari yang dia harapkan.

"Kami lihat dulu kalau di periode pertama. Saya, kan, investor begitu ada pembangunan infrastruktur, ya, saya beli lah kayak perusahaan semen, baja seperti itu. Kok, ternyata enggak seperti yang saya harapkan dampaknya," ujarnya.

"Ternyata, saya baca-baca beritanya mohon maaf saya harus buka sedikit ternyata bajanya impor, enggak kena lah dampak perusahaan baja dari sini, semennya tenyata enggak pake perusahaan yang sudah go public," tambah Irwan.

Oleh karena itu, Irwan berharap bahwa hal tersebut tidak terjadi lagi. Sebab, ketika pembangunan infrastruktur terus digenjot, rakyat pun harus merasakan dampaknya.

"Nah, saya harapkan, sih, tidak tejadi lagi ya seperti itu karena kami warga, rakyat berhak juga menikmati dari hasil pembangunan ini. Jangan sampai pembangunan sudah bagus-bagus terus rakyat enggak menerima dampak positifnya, paling tidak dari pasar modal," ungkapnya.