Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani mengatakan, bahwa pasar modal dapat memicu inklusi pertumbuhan.

"Pasar modal memainkan peran signifikan dalam memicu inklusi pertumbuhan, khususnya di sektor ritel yang mempunyai literasi investasi lebih tinggi," kata Shinta dalam pembukaan agenda Dialog Arah Kebijakan Investasi dan Pasar Modal 2024-2029 di Jakarta, Senin, 8 Januari.

Shinta mengatakan, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) jumlah investor ritel di Indonesia telah meningkat signifikan sepanjang 2023.

"Juga jumlah Single Investor Identification (SID) sangat pesat di 2023 yang tercatat mencapai 12,16 juta atau meningkat hampir 5 kali lipat dalam 4 tahun terakhir," ujarnya.

Meski begitu, Shinta tak menampik bahwa masih diperlukannya kebijakan yang tepat oleh para calon pemimpin mendatang dalam mencari solusi di tengah tantangan dan dinamika pasar modal Indonesia, yang mana tantangan utama pada 2024 ini adalah mengenai ketidakpastian global yang berkaitan juga dengan unsur politik.

"Karena kami percaya pemimpin baru memiliki banyak kesempatan untuk keberlanjutan dan menyempurnakan kebijakan ekonomi seiring dengan tantangan makro ekonomi dan perubahan global yang kami hadapi," ucap Shinta.

Oleh karena itu, lanjut Shinta, agenda ini merupakan kesempatan untuk menjadi ruang dialog antara pengusaha dan tim capres menjelang pesta demokrasi pada Februari 2024 mendatang untuk mengawal kepemimpinan baru nanti.

"Karena kami percaya pemimpin baru memiliki banyak kesempatan untuk keberlanjutan dan menyempurnakan kebijakan ekonomi seiring dengan tantangan makro ekonomi dan perubahan global yang kami hadapi," ucap Shinta.

Dia berharap, agenda ini menjadi langkah awal dengan tim capres untuk mendefinisikan kebijakan yang tepat dalam mencari solusi di tengah tantangan dan dinamika pasar modal Indonesia, yang mana tantangan utama pada tahun ini adalah ketidakpastian yang berkaitan juga dengan unsur politik.

"Tahun politik meningkatkan wait and see semakin tinggi (bagi pelaku usaha) karena investor membutuhkan jaminan kepastian hukum dan arah kebijakan ekonomi untuk mengambil keputusan strategis. Oleh karena itu, ini adalah pekerjaan rumah (PR) bagi kami bagaimana merumuskan penciptaan likuiditas, akselerasi, nilai tambah investor, dan pasar yang transparan terhadap kinerja perusahaan," imbuhnya.