Bagikan:

JAKARTA - Pengamat Pajak Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar menilai kenaikan Cukai Hasil Tembakau (CHT) hal ini ditujukan agar pengendalian konsumsi produk hasil tembakau dan penerimaan cukai jadi lebih optimal.

"Kita tahu, penerimaan cukai pada tahun 2023 kemarin tidak tercapai. Salah satunya, penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) yang lesu, produksi rokok konvensional tahun 2023 yang menurun," jelasnya kepada VOI, Kamis, 4 Januari 2024.

Fajry menjelaskan kenaikan tarif rokok dapat dijadikan agar penerimaan cukai tahun 2024 dapat tercapai. Selain itu menurutnya kenaikan tarif rokok elektrik yang lebih besar dibandingkan rokok konvensional sudah tepat.

"Harga rokok elektrik secara rata-rata relatif lebih murah dibandingkan rokok konvensional. Begitu Pula dengan pajak rokok elektrik. Ini demi equal playing field," ujarnya.

Menurut Fajry terkait pengenaan pajak rokok elektrik sudah seharusnya lantaran rokok konvensional sudah dikenakan pajak rokok. Selain itu, menurutnya kenaikan tersebut secara waktu sudah diberikan kelonggaran dalam implementasi.

"Seharusnya, ketika dikenakan cukai rokok, pajak rokok elektrik dikenakan namun pemerintah baru mengenakannya sekarang," jelasnya.

Namun, Fajry menyayangkan, kebijakan pemerintah dalam merumuskan hal tersebut tidak mengajak stakeholder seperti asosiasi, sehingga tidak ada penolakan atau menjadi gaduh di publik.

"Jadi, tarif rokok elektrik dan pajak rokok elektrik sudah tepat. Dengan equal playing field, kita harapkan agar aspek pengendalian konsumsi dan penerimaan negara (cukai) menjadi optimal," tutupnya.