JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi 2023 sebesar 2,61 persen year on year (yoy). Angka ini masih berada dalam kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 2 persen (yoy) hingga 4 persen (yoy).
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPS Amalia Adininggar mengungkapkan, kenaikan inflasi pada akhir tahun 2023 karena adanya peningkatan yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh harga kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau.
“kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar sebesar 6,18 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,78 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,50 persen,” terang Amalia dalam keteranganya, Selasa, 2 Januari.
Amalia melanjutkan, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,57 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,94 persen, kelompok transportasi sebesar 1,27 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,20 persen.
Ada juga kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,69 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,97 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,07 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,55 persen.
BACA JUGA:
Amalia menyampaikan pada Desember 2023 Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,56. Inflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 5,08 persen dengan IHK sebesar 120,82 dan terendah terjadi di Bandung sebesar 0,63 persen dengan IHK sebesar 116,16.
Adapun, tingkat inflasi month to month (mom) Desember 2023 sebesar 0,41 persen. Angka ni lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi November 2023 yang sebesar 0,38 persen (mom).
Adapun tingkat inflasi secara year to date (ytd) Desember 2023 sebesar 2,61 persen.