Bagikan:

JAKARTA - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menekankan pentingnya percepatan operasi proyek minyak dan gas nasional untuk menghindari pembengkakan biaya operasional.

"Ini punya pemerintah dan merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) seharusnya bisa segera diakselerasi," kata Dwi Soetjipto dikutip dari ANTARA, Kamis, 28 Desember.

Dwi mengatakan, percepatan operasi LNG Abadi di Masela berpotensi terhadap penerimaan pendapatan mencapai sekitar 5 miliar dolar AS per tahun.

Namun demikian, jika terjadi keterlambatan maka akan berpotensi tambahnya biaya proyek sekitar 1 miliar dolar AS setiap tahunnya di luar tambahan biaya tenaga kerja.

Oleh karena itu, ia menekankan, pentingnya operator untuk mencari kegiatan untuk mempercepat proyek.

Menurut dia, jika proyek Abadi Masela bisa lebih cepat selesai, maka dampaknya sangat besar berupa percepatan penerimaan negara dan tambahan pasokan gas untuk mendukung kebutuhan domestik.

Kemajuan dari Proyek Abadi LNG ini sangat dinantikan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia, karena menjadi salah satu tulang punggung untuk mencapai target produksi di 2030 yaitu minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD).

"Harus segera dilakukan detail analisa untuk mempercepat. Bukan karena ada timeline yang masih kosong, tetapi bagaimana agar dapat mempercepat semuanya," ujarnya.

Dwi berujar, proyek ini secara khusus diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi dan sosial, khususnya bagi masyarakat di Indonesia bagian timur, sekaligus upaya untuk mencapai target nol emisi CO2 pada tahun 2060.

Adapun dukungan pemerintah kepada INPEX bersama mitra baru yaitu Pertamina dan Petronas melalui Persetujuan Revisi kedua atas Plan of Development (POD) yang menyertakan komponen carbon capture storage (CCS) ke dalam revisi POD I Lapangan Abadi di Wilayah Kerja Masela.

Proyek ini diharapkan dapat menghasilkan pendapatan negara sebesar 37,8 miliar dolar AS atau setara Rp 586 triliun.

"CCS Hub pada Proyek Abadi Masela menambah daftar proyek CCS yang sedang dibangun di industri hulu migas, sekaligus menegaskan keberpihakan dan kontribusi industri ini dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung pemerintah dalam mencapai net zero emission di tahun 2060," pungkas Dwi.