Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo secara resmi mengesahkan proyek strategis nasional Tangguh LNG Train 3 yang merupakan produsen gas terbesar di Indonesia.

Pada saat mencapai kapasitas produksi maksimal nanti, sekitar sepertiga dari total produksi gas negara akan dipasok dari tiga kilang Tangguh yang berlokasi di Teluk Bintuni, Papua Barat ini.

Hadir dalam persmian tersebut, Executive Vice President Gas & Low Carbon Energy, Anja-Isabel Dotzenrath mengaku sebagian besar tenaga kerja di proyek ini merupakan tenaga kerja lokal yang berasal dari Papua.

"Kami merasa terhormat Bapak Presiden berkenan untuk meresmikan Tangguh Train 3. Tangguh merupakan fasilitas LNG tingkat dunia yang mana 70 persen pekerjanya adalah masyarakat lokal Papua," ujarnya dalam keterangan yang diterima VOI, Jumat 24 November.

Menurutnya, Indonesia merupakan negara penting bagi portofolio bp, dan pihaknya berterima kasih atas dukungan dari Pemerintah Indonesia dalam membantu BP mendukung kebutuhan energi Indonesia yang terus berkembang.

Bagi Tangguh, kata Anja, perjalanan tersebut berawal hampir 40 tahun yang lalu dengan ditandatanganinya perjanjian kontrak kerja sama Berau pada tahun 1987.

Konstruksi Tangguh Train 3 dimulai pada tahun 2016 dan pada Juli 2023, proyek tersebut secara aman diselesaikan dan siap untuk dioperasikan.

Hal yang sama disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.

Arifin menyebut, proyek tersebut telah mempekerjakan 5.450 pekerja lokal dari Papua.

“Tangguh LNG adalah produsen gas terbesar di Indonesia dan proyek Train 3 akan memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan produksi gas tahunan negara,” kata Arifin Tasrif.

Ia menambahkan, rampungnya proyek Train 3 merupakan tonggak pencapaian utama bagi Tangguh, yang selama 14 tahun terakhir telah menjadi pilar bagi infrastruktur energi Indonesia.

Sekitar sepertiga dari produksi Tangguh LNG dipasok untuk melayani pasar domestik, cukup untuk mengalirkan listrik bagi sekitar 18 juta rumah. Pada 18 Oktober 2023, Train 3 berhasil mengirimkan kargo LNG pertamanya ke PLN.

Dalam pidatonya, Presiden Jokowi juga menyampaikan fase pengembangan selanjutnya dari Tangguh, yaitu proyek UCC yang juga merupakan proyek strategis nasional.

Selain untuk memperpanjang usia lapangan gas, proyek tersebut juga bertujuan untuk memanfaatkan teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca Tangguh, dan berpotensi menerima dan menyimpan CO2 pihak ketiga sehingga mampu mendukung target emisi Net Zero Indonesia pada 2060 atau lebih cepat.

Sekadar informasi, Tangguh LNG terletak di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat.

Proyek ini mulai beroperasi di tahun 2009 dan saat ini terdiri dari fasilitas produksi gas lepas pantai yang memasok tiga Train likuifikasi gas masing-masing sebesar 3,8 mtpa.

Tangguh dioperasikan oleh BP Berau Ltd sebagai kontraktor SKK Migas mewakili kontraktor kerja sama lain. BP Berau Ltd memiliki 40,22 persen kepemilikan di proyek ini.

Mitra Tangguh yang lain adalah MI Berau B.V. (16.30 persen), CNOOC Muturi Limited (13.90 persen), Nippon Oil Exploration (Berau), Limited (12.23 persen), KG Berau Petroleum Ltd (8.56 persen), KG Wiriagar Petroleum Ltd. (1.44 persen), dan Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc. (7.35 persen).

Proyek pengembangan Tangguh melibatkan 17.500 ton besi struktur yang melebihi bobot Menara Eiffel dan menggunakan 70.000 meter kubik semen atau setara dengan volume 28 kolam renang ukuran Olimpiade.