Bagikan:

JAKARTA – Presiden Joko Widodo meresmikan proyek Kilang Gas Tangguh Train 3 beberapa waktu lalu. Adapun proyek ini merupakan pengembangan Kilang LNG di Lapangan gas Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat. Kilang gas alam cair Liquified Natural Gas (LNG) ini menjadi pabrik gas terbesar di Indonesia dengan nilai investasi sebesar Rp72,45 triliun.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi pemanfaatan gas bumi di Indonesia hingga Juli 2022 sebesar 3.716 billion british thermal unit per day (BBtud) atau 68,6 persen dan didominasi sektor Industri. Angka ini terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

Sedangkan ekspor gas mencapai 1.697 BBtud atau 31,34 persen. Dengan demikian, tambahan kapasitas produksi LNG sebesar 11,4 juta ton per tahun, kontribusi kilang Tangguh LNG terhadap pasokan energi nasional diproyeksikan akan terus meningkat. Nantinya, Hasil produksi Kilang Train 3 sekitar 60 persen juga akan diprioritaskan untuk kebutuhan pembangkit listrik milik PT PLN Persero dan sisanya akan diekspor.

Staf Khusus Peningkatan Pengusaha Nasional Kementerian Investasi/BKPM RI M. Pradana Indraputra menyatakan bahwa Tangguh Train 3 merupakan langkah penting bagi Indonesia menuju kedaulatan energi. Ia juga mengatakan bahwa hal ini merupakan bukti keseriusan Presiden Jokowi untuk mendorong sektor ESDM di Indonesia.

“Dengan kapasitas produksi LNG sebesar 11,4 juta ton per tahun, pengoperasian Tangguh Train 3 ini diharapkan mampu mendukung target pemerintah dalam mewujudkan ketahanan energi nasional. Melalui fasilitas pengolahan gas alam cair ini, Indonesia dapat memanfaatkan gas hasil produksi untuk kebutuhan dalam negeri sekaligus meningkatkan nilai ekspor energi,” imbuhnya mengutip keterangan tertulis, Minggu, 3 Desember.

Proyek LNG Tangguh merupakan proyek produksi dan penjualan LNG yang telah direalisasikan dalam bentuk joint ventures antara British Petroleum, Pemerintah Indonesia, Kontraktor dan khususnya masyarakat lokal Papua Barat. Cadangan gas ditemukan oleh Atlantic Richfield Co. (ARCO) pada pertengahan tahun 1990an. 100 persen kepemilikan BP Berau Ltd. bertanggung jawab atas pengoperasian Tangguh LNG.

Lebih lanjut, BP memiliki 40,22 persen kepemilikan saham di Tangguh LNG berkat perusahaan lain yang terlibat dalam pengembangan proyek tersebut, BP Muturi Holdings B.V, BP Wiriagar Ltd, dan Wiriagar Overseas Ltd.

“Kedaulatan energi tidak hanya soal ketahanan energi saja, namun juga bagaimana memanfaatkan sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu dibutuhkan komitmen bersama untuk merealisasikan visi besar Indonesia dalam mencapai mandiri energi, Saya optimis proyek ini dapat mendorong terciptanya rantai nilai tambah gas yang lebih luas, baik untuk industri petrokimia, pupuk, dan lainya. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah memajukan industri hilir migas guna meningkatkan devisa negara," ujar Stafsus Menteri Investasi termuda ini.

Selain peningkatan dari segi jumlah produksi, Tangguh Train 3 juga diharapkan dapat mendorong peningkatan nilai tambah gas bumi dalam negeri melalui proyek hilirisasi terintegrasi. Beberapa proyek hilirisasi tersebut antara lain adalah proyek ubadari Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), blue ammonia dan Gas Alam Asp Kido Merah (AKM).

"Proyek-proyek tersebut diharapkan dapat menciptakan diversifikasi ekonomi baru selain itu dapat pula mengintegrasikan nilai tambah hulu dan hilir di industri energi nasional,” tambah Dana, sapaan akrabnya.

Dengan demikian, dari kacamata investasi, Pradana optimistis proyek ini dapat memberikan manfaat besar bagi perekonomian serta kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya di Papua. Proyek ini merefleksikan kerjasama yang harmonis antara pemerintah dan investor dalam mendorong transformasi energi. “Tangguh Train 3 tidak hanya berfokus pada peningkatan kapasitas energi, namun juga membidik penciptaan lapangan kerja baru melalui hilirisasi gas bumi di tanah air,” tutupnya.