JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PPN/Bappenas bersama dengan Australia meluncurkan Program Kolaborasi Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi Australia dan Indonesia (Koneksi). Program ini bertujuan mendukung peneliti dari kedua negara untuk bermitra dalam mendorong kebijakan dan teknologi inklusif dan berkelanjutan.
Adapun program ini merupakan hibah pemerintah Australia dengan nilai komitmen mencapai 50 juta dolar Australia atau setara Rp499 miliar (asumis kurs Rp9.990 per dolar Australia), yang akan dilaksanakan selama lima tahun yakni 2023-2027.
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams mengatakan bahwa program KONEKSI ini nantinya akan memperkuat hubungan antara Indonesia dan Australia. Mengingat, Indonesia merupakan mitra strategis negara tersebut.
“Australia dan Indonesia telah menjadi sahabat dekat tetangga dan mitra pembangunan strategis sejak lama. Kedua negara ini sudah banyak melakukan kerja sama di sektor pendidikan, riset dan inovasi. Kerja sama ini akan memperkuat hubungan kedua negara dalam mengatasi masalah pembangunan,” kata Penny dalam Peluncuran KONEKSI di Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, Senin, 13 November.
Kata Penny, beberapa kemitraan pembangunan Australia di bidang pendidikan telah menghasilkan berbagai pencapaian di Indonesia khususnya di sektor kunci seperti kesehatan, pertanian, perubahan iklim, serta lingkungan hidup.
Sejak tahun 2019 hingga 2022, sambung Penny, terdapat lebih dari 4.000 publikasi bersama antara Australia dan Indonesia. Bahkan, dalam merayakan pencapaian 70 tahun Australia Award Scholarship telah memberikan lebih dari 15.000 beasiswa S2 dan S3 kepada warga negara Indonesia.
Bahkan, sambung Penny, saat ini lebih dari 200.000 mahasiswa Indonesia telah bersekolah di institusi pendidikan Australia melalui program inovasi.
“Hari ini kita merayakan pencapaian kemitraan strategis Australia dan Indonesia di sektor riset dan inovasi dengan peluncuran program KONEKSI. Program ini diharapkan bisa menghasilkan riset serta kemitraan yang multidisiplin untuk mendorong ekonomi berbasis pengetahuan,” kata Penny.
Penny juga bilang dalam waktu kurang dari satu tahun koneksi telah menunjukkan berbagai pencapaian dari 610 proposal awal, telah terpilih 38 kemitraan penerima hibah, penelitian bertemakan lingkungan dan perubahan iklim, dan melibatkan lebih dari 100 institusi-institusi di Australia dan Indonesia.
Sementara itu, Deputi Pembangunan Manusia Kementerian PPN, Amich Alhumami mengatakan program KONEKSI memiliki relevansi dalam dua hal. Pertama, kata dia, pengembangan riset ilmiah untuk melahirkan pengetahuan baru dalam bentuk invensi dan penciptaan teknologi untuk pembangunan inklusif dan berkelanjutan.
BACA JUGA:
“Kedua, pengembangan riset kebijakan yang diperlukan untuk proses perencanaan berbasis bukti, untuk mendukung rancangan teknokratik pembangunan,” ucapnya.
Melansir data dari laman Bappenas, program KONEKSI sudah diteken sejak 2022. Namun, program ini baru diluncurkan pada hari ini. Nantinya, KONEKSI akan berfokus pada upaya penguatan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk formulasi kebijakan pembangunan dan untuk aplikasi penciptaan inovasi teknologi.
Adapun program KONEKSI dimotori tiga kementerian/lembaga pelaksana utama, yaitu Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).