JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto menanggapi rencana perusahaan pembangkit listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) asal Amerika Serikat (AS) yakni PT ThorCon Power Indonesia untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia.
Mulyanto menegaskan, hingga saat ini belum ada pembahasan bersama Kementerian ESDM terkait rencana pembangunan PLTN.
Menurutnya, dalam beberapa kali rapat kerja Menteri ESDM atau Dirjen Ketenagalistrikan tidak melaporkan adanya rencana pembangunan PLTN dalam waktu dekat.
“Sebatas yang saya tahu sampai saat ini belum ada vendor PLTN yang benar-benar serius dan masuk dalam proses pengajuan izin pembangunan PLTN di Indonesia. Masih terlalu dini mungkin," ujarnya dalam keterangan yang diterima VOI, Selasa, 24 Oktober.
Selain itu, kata dia, PLN juga belum memasukkan introduksi PLTN dalam Rencana Umum Pembangunan Tenaga Listrik (RUPTL).
"Sekarang sepertinya masih dalam tahap rencana, penjajakan mitra apakah kepada PLN, termasuk anak perusahaannya, atau pembangkit listrik swasta (IPP)," imbuh Mulyanto.
Mulyanto menambahkan, di sisi lain Pemerintah juga harus memastikan kapan PLTN tersebut harus sudah beroperasi dan masuk dalam RUPTL PLN.
Ia mengatakan, kabar pembangunan PLTN oleh perusahaan Amerika tersebut masih belum jelas karena prasyarat pembangunan PLTN sendiri belum terbentuk, termasuk terbentuknya kelembagaan (nuclear energy power implementing organization/NEPIO) untuk PLTN yang pertama, sebagaimana dipersyaratkan IAEA.
Selain itu, kata Mulyanto, PLTN yang akan dioperasikan tentunya adalah PLTN yang sudah mapan teruji, terutama dari aspek keselamatannya. Ini tidak bisa ditawar-tawar.
Pembangunan PLTN diharapkan dapat menggantikan peran PLTU sebagai pembangkit pada beban dasar (based load), maka operasinya harus stabil dan kapasitasnya harus besar lebih dari 1.000 MW per unit.
"Kalau menilik ini maka PLTN jenis ThorCon tersebut berada di luar kriteria tersebut. IAEA memasukan PLTN jenis ini dalam tahap pre-conceptual design/conceptual design, padahal yang dibutuhkan adalah PLTN yang sudah teruji. Selain itu, kapasitas daya ThorCon hanya 250 MW, padahal yang kita butuhkan PLTN berdaya besar," kata dia.
BACA JUGA:
Sebelumnya diberitakan, PT ThorCon Power Indonesia mengaku tengah bersiap untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia yang ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2030 mendatang.
Chief Operating Officer ThorCon, Bob S. Effendi membeberkan bahwa nantinya pada November 2024 mendatang, pihaknya akan memulai pemotongan baja pertama yang akan dilakukan di galangan kapal Korea Selatan.
Ditargetkan pada tahun 2027, unit PLTN akan sampai di Indonesia. Lokasi yang dipilih pun berada di Kepulauan Bangka Belitung.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa hingga kini pihak Thorcon sendiri sejatinya belum mengajukan izin perihal pembangunan PLTN tersebut.