JAKARTA - Bakal calon presiden Ganjar Pranowo mengungkapkan, salah satu agenda prioritas yang akan dijalankan jika terpilih sebagai presiden pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024 adalah transisi energi.
Dirinya juga akan melanjutkan program transisi energi terbarukan yang saat ini sudah dijalankan.
“Kita punya skenario kita coba untuk meningkatkan transisi energi kita dari 13,4 persen menuju 31,4 persen di tahun 2034. Skenario ini kita coba konfirmasi ke PLN tinggal apakah kita akan mempercepat atau kemudian kalau ada faktor lain akan terjadi pelambatan,” tuturnya dalam acara US-Indonesia Investment Summit 2023, di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Selasa, 24 Oktober.
Mantan Gubernur Jawa Tengah ini menuturkan, untuk meningkatkan bauran EBT di angka 31,4 persen dibutuhkan anggaran sebesar Rp1.300 triliun.
Kata dia, kesempatan ini bisa digarap bersama dengan pengusaha. Mengingat transisi energi ini bisa menjadi peluang bisnis yang besar bagi.
“Dibutuhkan kurang lebih Rp1.300 triliun untuk bisa mengeksekusi ini, saya hanya ingin menyampaikan saja karena ini banyak pengusaha, inilah opportunity yang bisa kerjakan menuju energi yang lebih ramah dan tentu saja kita membutuhkan dari skenario ini. Kalau mau optimis sampai 55,9 persen, tapi saya kira itu sangat optimistik, kita ingin cari yang moderat,” tuturnya.
Kata Ganjar, transisi energi baru terbarukan dapat melalui pengembangan energi surya. Ia menilai ada perusahaan tenaga surya yang cukup besar.
Sehingga bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan energi baru tersebut.
“Kebutuhan kita cukup tinggi untuk kita bisa mengembangkan minimal satu aja, saya mau ambil dari panel surya dan saya tahu ada perusahaan cukup besar di sana yang barangkali ketika melihat desain ini, inilah opportunity yang bisa kita kembangkan dan waktunya tidak terlalu lama,” sambungnya.
BACA JUGA:
Dikutip dari dokumen visi-misi Ganjar dan Mahfud MD, pasangan bakal calon ini menetapkan Transisi Energi Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai generator pembaharuan yang potensinya sekitar 3.700 GW secara bertahap untuk kebutuhan energi dalam negeri, sehingga porsi EBT di dalam bauran energi menjadi 25-30 persen hingga tahun 2029.