Bagikan:

JAKARTA - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi mengungkapkan, NuScale akan menjadi perusahaan yang bakal mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di tahun 2030.

Hal ini berbeda dengan yang sebeumnya diberitakan jika perusahaan asal Amerika, Thorcon, yang tengah berencana membangun PLTN pertama di Indonesia.

"So far kita belum ketemu Thorcon. Setahu saya yang sedang jalan selain Thorcon itu NuScale. Kita ngomong dengan NuScale, mereka bersedia kalau 2030 bisa. Kita tanya kalau 2032 dan maksimal 2039 mereka bisa," ujar Yudo kepada wartawan dikutip Rabu, 25 Oktober.

Yodo menjelaskan, Kementerian ESDM telah bertemu NuScale untuk berdiskusi mengenai pengembangan teknologi Small Modular Reactor (SMR).

US Trade adn Development Agency juga telah menandatangani nota kesepahaman dengan PLN Indonesia Power (IP) pada Agustus lalu untuk pengembangan PLTN di Kalimantan Barat.

"Itu NuScale sudah tandatangan dengan (PLN) Indonesia Power, kerja sama studi lagi jalan," imbuh Yudo.

Untuk pembangunan PLTN tahap awal, kata Yudo, Indonesia dan NuScale akan mengembangkan PLTN berskala kecil.

"Kalau NuScale kan SMR itu yang skala kecil, lebih aman, lebih advance, cocok untuk Indonesia di tempat terpencil, pulau-pulau," pungkas Yudo.

Dikutip dari laman resmi BRIN, berbagai desain PLTN daya kecil banyak dikembangkan, salah satunya oleh vendor NuScale. NuScale merupakan vendor kenamaan dari Amerika Serikat yang berkantor pusat di Portland Oregon.

NuScale saat ini memiliki desain reaktor SMR bernama VOYGR yang merupakan reaktor SMR modular pertama dan satu-satunya yang telah menerima sertifikat persetujuan desain oleh U.S. Nuclear Regulatory Commission (US NRC).

Desain NuScale Power Module didasarkan pada teknologi reaktor berpendingin air bertekanan (PWR) yang telah proven, dan dikembangkan untuk memasok energi untuk pembangkit listrik, pemanasan distrik, desalinasi, produksi hidrogen skala komersial, dan aplikasi panas proses lainnya.

Kajian SMR dengan PLN IP berbasis seri VOYGR-6, yaitu berbasis modul reaktor dengan masing-masing modul setara dengan kapasitas 77 Mwe.

Secara garis besar, dari sisi ekonomi, listrik yang dihasilkan PLTN jenis SMR ini akan sedikit lebih mahal dibanding dengan PLTN besar.

Namun karena skala kecil, jika dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar diesel (BBM), harganya jelas akan kompetitif.

Tetapi kalau dibanding dengan batu bara, memang batu bara lebih murah. Namun di sisi lain, karena Indonesia berkomitmen untuk net zero emission, sehingga itu juga menjadi satu keunggulan dari SMR ini. Jika kita mempunyai keinginan untuk mengurangi pelepasan karbon, tentu ini adalah sebuah solusi untuk mengurangi emisi gas karbon dioksida.