Bagikan:

JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) merangkul asosiasi Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI) di Surakarta untuk membantu menyalurkan beras komersial Perum Bulog sebagai upaya menjaga kestabilan harga beras.

Plt. Menteri Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi mengatakan perwujudan ekosistem perberasan nasional yang memiliki kestabilan di semua lini menjadi perhatian pemerintah.

“Jadi perintah Bapak Presiden Joko Widodo ke saya adalah membentuk ekosistem pangan dengan menghubungkan end to end. Mulai dari kementerian, lembaga, asosiasi, swasta, BUMN, sampai pihak di pasca panen seperti penggilingan padi. Semuanya bahu membahu. Utamanya untuk penguatan stok dan kestabilan harga di pasar,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa, 24 Oktober.

Arief mengatakan hari ini kondisinya di hulu, petani padi senang dengan harga gabah yang lebih baik. Lalu di hilir telah banyak program-program pemerintah sebagai intervensi untuk menekan harga beras di pasar.

“Sekarang tinggal bagaimana menaruh perhatian pada sedulur penggilingan padi,” tuturnya.

Kepala Badan Pangan Nasional ini juga menuturkan memiliki strategi yang solutif untuk membantu kondisi penggilingan padi tersebut. Ia mengatakan upaya membanjiri pasar dengan beras dari Perum Bulog, termasuk ke penggilingan padi menjadi langkah tercepat.

“Untuk percepatan stabilisasi harga, sudah kami siapkan 200.000 ton ke penggiling padi pengusaha, tetapi bukan pedagang. Nanti harganya sama-sama kita siapkan. Ini supaya membantu distribusi beras secepatnya ke masyarakat,” katanya

Sebagaimana diketahui, stok beras komersial Bulog sebanyak 200.000 ton akan dikucurkan langsung ke penggilingan padi secara nasional. Langkah ini untuk melengkapi upaya-upaya intervensi pemerintah yang telah digencarkan selama ini demi percepatan penurunan harga beras yang masih berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

“Ini merupakan langkah tercepat yang bisa kita lakukan. Tugas NFA adalah memastikan stok itu tersedia dan ada. Jadi stok Bulog itu kita siapkan tidak boleh dibawah dari 1 juta ton. Saat ini stok Bulog ada 1,4-1,5 juta ton. Jadi kita mau pastikan nanti saat Pemilu 14 Februari, semua stok kita cukup, bahkan sampai ke 9 April,” pungkasnya.

Berdasarkan pantauan pada panel harga pangan yang dikelola NFA, harga beras medium di pasaran kembali menggambarkan kondisi yang semakin kondusif. Terpantau harga beras medium per 23 Oktober tercatat Rp13.190 per kg. Ini menandakan ada penurunan 30 poin dibandingkan harga beras sejenis di 1 Oktober yang berada di Rp13.220 per kg.

Selanjutnya perkembangan harga beras medium IR-III di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) kembali mencatatkan adanya depresiasi. Terpantau pada 20 Oktober harga beras di PIBC tercatat Rp10.996 per kg. Ini mengalami penurunan secara gradual dibandingkan harga 1 Oktober yang berada di Rp11.331 per kg.

Adanya tren melandainya harga di pasar merupakan kerja keras secara kolaboratif melalui berbagai upaya. Sejauh ini realisasi bantuan pangan beras tahap kedua yang dimulai sejak September telah mencapai 399.000 ton atau 66,3 persen per 22 Oktober.

Kemudian penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sampai 22 Oktober telah capai sebanyak 854.000 ton. Terakhir, dalam bentuk Gerakan Pangan Murah (GPM) sampai 20 Oktober, NFA bersama pemerintah daerah telah menggiatkan di sebanyak 1.133 lokasi yang tersebar di 332 kabupaten/kota.

Di kesempatan yang sama, Ketua Umum DPP PERPADI Sutarto Alimoeso menyatakan pertemuan ini merupakan wadah dalam membahas permasalahan yang ada dan merumuskan solusi yang dapat diusulkan ke pemerintah.

“Pada hari ini kurang lebih (ada) 690 orang dari seluruh Indonesia. Mungkin besok akan lebih dari 700 orang. Tentunya semua tahu persoalan beras ternyata tidak baik-baik saja, sehingga kita bertemu (saat ini) bagaimana mencari solusi dan memberikan masukan kepada pemerintah. (Kami harap) Menteri Pertanian yang juga Kepala Badan Pangan Nasional bisa memberikan arahan kepada kita semua,” ucap Sutarto.