Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjajaki peluang kerja sama dengan sejumlah perusahaan Prancis dalam forum bisnis di rangkaian acara bertajuk Fête de l’Archipel yang digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paris, Prancis.

Direktur Jenderal Kerja Sama, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Eko S.A Cahyanto yang hadir dalam forum bisnis tersebut juga melakukan one-on-one meeting dengan beberapa perusahaan Prancis, seperti ARCHETYPE Group, THALES, KSAPA, HDF Energy, Energy Pool, Flying Whales, dan Michelin.

"Dengan berbagai langkah strategis ini, Indonesia bertekad memajukan sektor industri dan ekonomi untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan berdaya saing di pasar global," kata Eko dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Selasa, 17 Oktober.

Selain itu, dilakukan pula one-on-one meeting antara perusahaan Indonesia dan Prancis, yaitu PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (PT YPTI) dan Airbus, serta PT Free The Sea dengan KSAPA dan Thales.

Perusahaan-perusahaan tersebut melakukan penjajakan kerja sama dan akan melakukan pertemuan lanjutan sebagai tindak lanjut.

Dalam forum bisnis tersebut, pihak Indonesia memberikan pandangan strategis yang mencakup sejumlah isu penting. Salah satu poin yang diungkapkan adalah peran penting industri manufaktur sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi.

Hal ini dibuktikan dengan kinerja industri manufaktur di Indonesia pada kuartal II-2023 yang mampu memberikan kontribusi sebesar 16,30 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, sektor industri juga berhasil memberikan kontribusi pada penerimaan pajak sebesar 27,4 persen, investasi 37,8 persen, dan ekspor nasional hingga 71,09 persen.

Bank Dunia mencatat, perkembangan positif dalam pendapatan nasional, dengan Gross National Income (GNI) per kapita Indonesia naik sebesar 9,83 persen menjadi 4.580 dolar AS pada 2022. Proyeksi lebih lanjut menunjukkan peningkatan GNI per kapita menjadi 5.550 dolar AS pada 2025 dan target PNB per kapita mencapai 30.300 dolar AS pada 2045.

Pemerintah Indonesia sendiri memiliki Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) sebagai panduan utama, mencakup 10 industri prioritas yang terbagi menjadi industri hulu, pendukung, dan industri hilir, dengan fokus pada sektor-sektor seperti industri hulu berbasis agro, mineral dasar logam dan nonlogam, serta minyak dan gas.

Sebaran kawasan industri di Indonesia disesuaikan dengan potensi sumber daya alam, termasuk Sumatera yang berkaitan dengan hilirisasi sumber daya, Kalimantan yang berorientasi hijau dan energi terbarukan, serta Sulawesi, Maluku, dan Papua yang memanfaatkan sumber daya seperti nikel dan gas.

Potensi yang dimiliki Indonesia tersebut merupakan modal besar bagi pengembangan industri dalam negeri untuk mendukung konten lokal.

Lebih lanjut, Pemerintah Indonesia juga berfokus pada pengembangan Smart Eco-Industrial Park untuk meningkatkan kinerja lingkungan, ekonomi, dan sosial dalam industri.

Hingga Juli 2023, telah ada 136 Kawasan Industri (KI) yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk meningkatkan daya saing industri, pemerintah juga memberikan insentif fiskal, seperti Tax Holiday, Tax Allowance, serta insentif nonfiskal seperti pelatihan dan sertifikasi.