Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah melalui Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji menilai PT Pertamina (Persero) masih mampu mengelola Blok Rokan tanpa partner. Padahal, dalam ketentuan Production Sharing Cost (PSC) atau Kontrak Bagi Hasil, Pertamina diwajibkan menggandeng mitra dalam pengelolaan Blok yang terletak di Provinsi Riau ini.

"Blok Rokan kan masih Pertamina aja. Pertamina masih jalan sendiri sekarang," ujar Tutuka kepada awak media sata ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin 2 Oktober.

Ia mengungkapkan jika hingga saat ini Pertamina masih mampu mengelola blok yang sebelumnya ditinggalkan oleh Chevron ini.

Terkait kemungkinan adanya peluang menambah mitra Pertamina, Tutuka menyebut pihaknya masih ahrus melihat lagi keadaan dan kondisi ke depannya sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat.

"Nanti kita lihat kondisinya. Kita melihat ke depan, memang ke depan. Tapi saat ini masih bisa sendiri," tegas Tutuka.

Sementara itu, dua tahun pasca alih kelola dari Chevron, Pertamina Hulu Rokan berhasil mencatatkan produksi minyak tertinggi se-Indonesia dengan capaian 172.000 barel minyak per hari (BOPD).

Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan, Chalid Said Salim mengatakan jika sejak alih kelola blok Rokan dari Chevron sejak dua tahun lalu, PHR sudah berhasil mengebor 800an sumur dengan 80an rig.

"PHR juga berhasil mempersingkat pengeboran menjadi hanya 5 hari. Sebanyak 30-40 sumur baru per bulan. Produksi PHR tertinggi nomor 1 di Indonesia," ujar Chalid dalam Energi Corner, Selasa 15 Agustus.

Sejak alih kelola, PHR telah mengebor sebanyak 825 sumur dan ada 84 rig di WK Rokan.

Untuk diketahui, tren positif kenaikan produksi PHR sudah terlihat sejak akhir Juli 2023, di mana angka tertinggi berturut-turut di antaranya 167.645 BOPD pada 31 Juli 2023, kemudian 168.730 BOPD pada 1 Agustus 2023, berlanjut 167.034 BOPD pada 2 Agustus 2023 dan 169.282 BOPD pada 7 Agustus 2023.