Bagikan:

JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengakui semangat membangun ekonomi secara kolektif terus terjadi di kawasan Asia Tenggara.

Menurut dia, motivasi itu juga tercermin dalam penguatan kerja sama antarbank sentral se-ASEAN.

Secara khusus, Perry menyoroti soal penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT) dalam kerja sama ekonomi.

Dia berpendapat, jika implementasi transaksi LCT dapat menurunkan ketergantungan terhadap mata uang asing, utamanya dolar AS.

“Mengapa kami memperluas transaksi mata uang lokal di ASEAN? Ini tidak hanya dilakukan dengan lima negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, tetapi juga (pengembangan) dengan Vietnam, Brunei Darussalam, dan negara lain, yaitu Laos dan Kamboja,” katanya dalam pesan di kanal virtual, dikutip Jumat, 29 September.

Perry menyebut, langkah perluasan transaksi mata uang lokal pada sesama negara kawasan pasti akan terus berkembang di masa depan.

“Karena ini adalah salah dari manajemen risiko dengan diversifikasi mata uang,” tuturnya.

Oleh karena itu, sambung Perry, Bank Indonesia dan sejumlah bank sentral ASEAN memandang perluasan kerja sama dengan mitra seperti China dan Jepang adalah sebuah hal yang strategis.

“Kami juga sedang membangun kerja sama dengan India terkait diversifikasi mata uang ini,” katanya.

Perry menambahkan, dengan skema LTC ini ASEAN memberikan penawaran tersendiri untuk pilihan aset keuangan. Dia menyebut.

“Perluasan implementasi LTC dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal serta memperdalam pasar keuangan melalui aksesibilitas serta efisiensi biaya,” tegas Gubernur BI Perry Warjiyo.