Bagikan:

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa jalinan kemitraan ekonomi Indonesia dan China melalui transaksi dengan menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT) terus diperkuat sejak diimplementasikan 6 September​ 2021 lalu.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, mekanisme LCT ini diyakini akan mendorong kerja sama investasi dan perdagangan kedua negara.

Hal itu dia sampaikan saat kunjungan kerja di China pekan ini.

“Sebagai mitra dagang terbesar, kontributor investasi asing langsung kedua tertinggi, dan tiga besar sumber turis tertinggi Indonesia, China perlu terus memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia,” ujarnya dikutip Jumat, 29 September.

Menurut Perry, performa makroekonomi Indonesia yang mencatat inflasi yang rendah dan diproyeksikan akan terus menurun, nilai tukar rupiah yang stabil, defisit fiskal yang terus mengecil serta meningkatnya pembiayaan perbankan.

“Indonesia stabil secara makroekonomi, moneter, dan stabilitas keuangan. Hal ini penting karena tidak ada investasi dan prospek bisnis apabila suatu negara tidak stabil," tuturnya.

Untuk diketahui, kerja sama LCT juga sudah diimplementasikan antara Indonesia dengan sejumlah negara di kawasan, yaitu Malaysia, Thailand, dan Jepang.

Sementara itu, dengan Singapura dan Korea Selatan telah diperoleh kesepakatan bersama untuk membangun kerangka implementasi kerja sama LCT dengan Indonesia.

Adapu, LCT sebagai mekanisme transaksi bilateral antara pelaku dengan mitra menggunakan mata uang setempat dalam bertransaksi, dalam hal ini Yuan (CNY) maupun Rupiah (Rp). Dengan kata lain transaksi LCT dapat menurunkan dependensi terhadap mata uang asing lain (utamanya dolar).

Saat ini LCT Indonesia China yang inisiasinya telah dimulai sejak tahun 2017 telah melibatkan 16 bank di Indonesia dan 8 bank di China. Kinerja LCT Indonesia-China 2 tahun terakhir menunjukkan perkembangan positif baik dari segi volume maupun jumlah pengguna.

“Untuk mengoptimalisasinya, dalam kegiatan kampanye LCT di China ini BI mendorong komitmen pimpinan bank dan pelaku usaha untuk meningkatkan utilisasi LCT ke depan,” tegas Perry.

Di kesempatan yang sama, terdapat kurasi proyek clean and clear (CnC) Indonesia yang ditawarkan bagi investor China. Terdapat 4 fokus sektor yang diminati investor China yaitu energi terbarukan, proyek di kawasan IKN, infrastruktur transportasi dan industri kendaraan listrik.

Disebutkan bahwa berdasarkan hasil kurasi sejumlah pihak termasuk Bank Indonesia, terdapat 16 proyek terpilih dari seluruh Indonesia di antaranya proyek energi panas bumi, pengolahan limbah, pabrik karet, pengembangan komoditas kakao, proyek jalan tol, monorel, smelter hingga industri mesin elektrik untuk kendaraan listrik.

“Harapannya, kegiatan promosi investasi ini secara konkrit akan mewujudkan kemitraan yang saling menguntungkan antar dua negara,” tutup Perry.