Telah Jangkau 25 Juta Pengguna, QRIS dan BI-Fast Terus Diperluas hingga Mancanegara
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat hingga saat ini hampir 25 juta pengguna telah tersambung platform digital nasional, yakni Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan BI-FAST Payment.

Dari angka tersebut, sebanyak 20,5 juta UMKM Indonesia sudah tersambung QRIS dan BI-FAST.

"Digital adalah dunia sekarang dan masa depan, anak anak kita terbiasa dengan digitalisasi," kata Gubernur BI Perry dalam Upacara Pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Jawa 2022 yang dikutip Antara, Kamis 8 September.

QRIS dan BI-FAST kini sudah tersambung dengan Thailand, sehingga jika masyarakat Indonesia pergi ke negara tersebut, cukup melakukan pembayaran melalui QRIS dan BI-FAST.

Selain itu, kata dia, uji coba QRIS dan BI-FAST dengan Malaysia juga sedang berlangsung sehingga sebentar lagi sistem pembayaran Indonesia akan tersambung dengan Negeri Jiran tersebut.

Kemudian, pada 2024, QRIS dan BI-FAST akan disambungkan ke Singapura dan di tahun 2025 dengan Filipina. Dengan demikian nantinya QRIS dan BI-FAST akan tersambung dengan negara ASEAN-5.

Selain QRIS dan BI-FAST, Perry menjelaskan kerja sama mata uang lokal (local currency settlement/LCS) juga akan berlaku di negara-negara tersebut.

"Nanti, saat membayar tidak perlu lagi rupiah ke dolar AS, dolar AS ke baht Thailand, dan lainnya. Langsung saja dari rupiah ke baht Thailand, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura, hanya dalam hitungan detik," tuturnya.

Tak hanya usaha konvensional, dirinya menyebutkan pondok pesantren pun kini sudah menjadi pusat pengembangan digitalisasi seperti QRIS dan BI-FAST, sehingga tidak hanya menjadi pusat ekonomi keuangan syariah.

Masifnya digitalisasi di pondok pesantren, utamanya dilakukan dalam pembayaran transaksi penjualan produk-produk UMKM di sana.

Kemudian, pemberian zakat, infak, sedekah, dan sebagainya pun di pondok pesantren saat ini sudah menggunakan QRIS maupun BI-FAST.

"Mari kita terus digitalkan pondok-pondok pesantren kita, ekonomi keuangan syariah di Jawa, Jawa Timur, dan kemudian kita sambungkan ke dunia," tegas Perry.