Pedagang Tanah Abang: Toko yang Sepi Pengunjung karena Enggak Ngerti Online, Bukan karena TikTok
Foto: Istimewa

Bagikan:

JAKARTA - Tak bisa dipungkiri bahwa keberadaan e-commerce dan jejaring sosial berpotensi membantu meningkatkan penjualan UMKM di Indonesia. Akan tetapi, keberadaan TikTok Shop justru dianggap mematikan usaha UMKM dan juga para pedagang di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta.

Menurut pedagang di Tanah Abang, TikTok Shop dibanjiri dengan barang-barang impor yang harganya jauh lebih murah, bahkan cenderung tidak masuk akal. Hal inilah yang kemudian menggiring konsumen untuk lebih memilih berbelanja di TikTok Shop ketimbang di Pasar Tanah Abang atau tempat lainnya.

Salah satu pedagang di kawasan Pasar Tanah Abang justru menilai, sepinya pembeli di pasar tersebut karena saat ini para pembelinya lebih memilih berbelanja secara daring karena dianggapnya lebih simpel dan efisien.

“Kalau ada orang bilang bahwa Tanah Abang sepi gara-gara online. Nggak juga. Bukan kayak gitu masalahnya. Kalau dia merasa toko offline, ya dia harus belajar bisa online juga. Dia harus beralih juga ke online. Harusnya begitu," ungkap Fauzan, pedagang yang sudah 20 tahun berjualan di Tanah Abang, dikutip Selasa 26 September.

Fauzan juga menyebut, beberapa pedagang Tanah Abang memang masih kukuh bertahan jualan offline saja. Mereka ini kemudian melampiaskan lesunya penjualan ke pedagang lain yang punya toko online.

"Menurut saya, orang yang mengeluh Pasar Tanah Abang sepi adalah pedagang yang masih pake mode berdagang tradisional. Sedangkan sekarang sudah jaman online. Nah, mereka ini yang masih bertahan di posisi offline," tambah Fauzan.

Fauzan sendiri membuka banyak keran untuk bisnisnya. Makanya ia bisa terus mempertahankan tokonya di Tanah Abang tanpa khawatir sepi pengunjung. Sebab, kebanyakan pembelinya sejak 20 tahun lalu juga telah beralih ke online karana merasa lebih simpel dan efektif.

"Saya juga begitu, ada toko offline di sini nih. Di rumah saya buat toko online. Hanya saja, menurut saya, yang mengeluh itu bagi orang yang nggak ngerti. Ini sudah waktunya online. Era-nya online. Sedangkan mereka mau bertahan di offline. Ya, seperti ini efeknya,” tutup Fauzan.