Bagikan:

JAKARTA - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengungkap peran penting dua pertiwi Pertamina dalam mendukung proyek migas non konvensional (MNK) di Blok Rokan, Riau.

Corporate Secretary PHR Rudi Ariffianto mengatakan bahwa tata nilai AKHLAK dan nilai-nilai keberagaman dan inklusi (diversity and inclusion) menjadi landasan operasi PHR.

"Setiap orang memiliki peran penting dalam menghadirkan energi bagi negeri, tak terkecuali para pertiwi (sebutan bagi pekerja perempuan Pertamina). Di sini lah PHR membuktikan bahwa perusahaan kami tidak hanya menghargai keberagaman tetapi secara nyata mengikutsertakan perempuan agar bersama-sama turut berperan dalam mencapai tujuan operasional," kata Rudi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, dikutip dari Antara, Minggu 17 September.

Rudi menyampaikan apresiasi dan mengharapkan para pertiwi WK Rokan senantiasa berkontribusi positif di proyek Gulamo, Blok Rokan.

"Kami harus melakukan yang terbaik untuk membina lingkungan di mana para perwira dan pertiwi Pertamina dari berbagai latar belakang tidak hanya merasa menjadi bagian dari perusahaan ini tetapi juga merasa memiliki peran berharga dalam membentuk masa depan industri migas," kata Rudi.

Adapun, dua pertiwi Pertamina tersebut masing-masing Hapsari Wahyu Kusumaningsih dan Ajeng Restu Fairuz.

Dalam proyek migas MNK Lapangan Gulamo, Hapsari dan Ajeng punya peran yang cukup strategis. Hapsari merupakan salah satu tim eksplorasi yang memimpin akuisisi data sumur migas dengan jabatannya sebagai Senior Petrophysics Applied Reservoir Management.

Sementara itu, Ajeng bertugas sebagai Drilling Site Representative (DSR) yang mengkoordinasikan proses pemboran di area MNK Gulamo.

PHR WK Rokan menyebut pada Jumat (15/9), mereka berdua juga turut mendampingi dan menyiapkan kunjungan Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina (Persero) Alfian Nasution dan rombongan.

Hapsari mengatakan bahwa perempuan juga turut memberikan kontribusi positif untuk mengamankan energi nasional. Ia berperan penting dalam mengakuisisi data yang menjadi acuan dalam proses pencarian sumber migas non konvensional tersebut.

"Tentu ini menjadi kebanggaan bagi kita semua bahwa seorang perempuan bisa berperan penting dalam proyek ini. Semua punya porsi yang sama, dan tentunya dengan kolaborasi antar tim untuk kesuksesan MNK Gulamo," kata alumni Teknik Geofisika Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.

"Kami sudah menjalankan peran ini sejak fase persiapan dan mematangkannya dalam setahun lebih. Kemudian rencana tersebut diwujudkan hingga proses tajak kemarin, artinya terdapat harapan yang cukup besar dari MNK Gulamo ini," kata Hapsari menambahkan.

Sementara Ajeng Restu Fairuz merupakan perempuan satu-satunya yang memimpin proses pengeboran atau driller (non-work over work service) di WK Rokan.

"Memang mayoritas pekerja di dunia pemboran adalah laki-laki tetapi kita saling melengkapi. Saya senang, PHR memberikan peluang besar bagi perempuan di dunia migas, bahkan untuk hal teknis operasional seperti yang saya lakukan sehari-hari ini," ujar alumni Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

Ia pun berkomitmen untuk terus berusaha memberikan peran dan kontribusi yang terbaik bagi bangsa, lewat operasi migas tersebut.

"Tentunya dengan memberikan yang terbaik, bekerja dengan lebih detil, terencana dan teratur. Saya sebagai DSR, mengakomodir operasi pemboran setiap harinya dengan selamat, lancar dan efisien di MNK Gulamo," tuturnya.

PHR WK Rokan menjelaskan bahwa perbedaan utama eksplorasi migas konvensional dengan MNK terletak pada lokasi minyak di lapisan bumi. Migas konvensional lebih mudah terlihat karena letaknya tidak terlalu dalam dari permukaan. Sedangkan, MNK berada di lapisan yang lebih dalam.

Berbeda dengan migas konvensional, MNK adalah hidrokarbon yang terperangkap pada batuan induk (shale oil/shale gas) tempat terbentuknya hidrokarbon atau batuan reservoir klastik berbutir halus dengan permeabilitas (kemampuan bebatuan untuk meloloskan partikel) rendah, yang hanya bernilai ekonomi apabila diproduksikan melalui pengeboran horisontal dengan teknik stimulasi multi-stage hydraulic fracturing.