Dukung Hilirisasi Nikel Jadi Bahan Baku Baterai EV, Menperin Apresiasi Pendirian Smelter HPAL
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Dok. Kemenperin)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengapresiasi pendirian smelter yang menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk mendukung upaya pertumbuhan industri dalam negeri, khususnya industri hilirisasi sumber daya alam mineral dan pengembangan ekosistem electric vehicle atau EV di Tanah Air.

"Pada kesempatan ini, kami memberikan apresiasi kepada seluruh investor dan jajaran Direksi PT Anugrah Neo Energy Materials dan PT Gotion Indonesia Materials atas komitmennya dalam membangun industri smelter nikel di Indonesia. Langkah ini turut menyukseskan program hilirisasi serta menjadi langkah penting menuju Indonesia Emas 2045," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kamis, 14 September.

Penandatanganan perjanjian proyek baterai HPAL tersebut dilakukan oleh PT Anugrah Neo Energy Materials sebagai investor dengan mitra strategis PT Gotion Indonesia Materials.

Proyek baterai HPAL akan mengubah bijih nikel atau limonite menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan proses hydrometallurgy yang menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL).

"Kerja sama ini nantinya akan menjadi operasi yang terintegrasi secara vertikal, yang menggabungkan sumber daya tambang dengan fasilitas HPAL, untuk memproses Bijih Ni menjadi MHP dan Ni/Co Sulfat, yang merupakan bahan prekursor katoda untuk produksi baterai EV," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kamis, 14 September.

Menperin Agus mengatakan, salah satu keunggulan smelter HPAL adalah dapat menggunakan limonite, yang merupakan bijih nikel kadar rendah sebagai feedstock. Biji nikel jenis limonite juga kaya dengan kandungan Co (cobalt) yang dibutuhkan untuk katoda baterai jenis Nickel Manganese Cobalt (NMC).

Sebagai aspek utama dalam produksi EV, jalur panjang produksi baterai EV dari bijih limonite tersebut memerlukan dukungan terintegrasi dari berbagai sektor industri terkait. Kemenperin sendiri terus mendukung dan memfasilitasi kebutuhan pelaku usaha industri di dalam negeri yang berkontribusi terhadap keberhasilan program hilirisasi.

"Keberadaan proyek baterai HPAL tersebut diharapkan menambah kapasitas MHP nasional sebanyak 120.000 MT per tahun," ujarnya.

Adapun proyek baterai HPAL antara PT Anugrah Neo Energy Materials (ANEM) berstatus 100 persen PMDN dan dengan mitra strategis PT Gotion Indonesia Materials (GIM) yang berstatus PMA. Proyek tersebut akan berlokasi di Neo Energy Buleleng Industrial Park (NEBIP), Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

"Dengan target kuantitatif pengembangan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) untuk roda empat dan lebih sebesar 400 ribu unit pada 2025 dan satu juta unit pada 2035, proyeksi kebutuhan nikel sebagai bahan baku baterai, khususnya jenis baterai NMC 811 akan terus meningkat," pungkasnya.