Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bisa menggambarkan kondisi industri pengolahan di Indonesia.

Oleh karena itu, dia mengajak semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah dan kalangan akademisi, untuk mengukur kinerja serta optimisme industri di wilayah masing-masing.

"Saya mengajak para akademisi dan mahasiswa untuk menggunakan indikator-indikator pengukuran yang dibuat oleh pemerintah, karena lebih sesuai dengan kondisi di dalam negeri dan lebih akurat karena menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dari industri nasional," kata Menperin Agus dalam keterangan tertulisnya, dikutip Selasa, 5 September.

Agus mengatakan, sejak diluncurkan pada November 2022 lalu, IKI digunakan untuk memenuhi kebutuhan diagnosis kinerja industri yang lebih menyeluruh.

Pasalnya, indikator-indikator yang sebelumnya digunakan belum memberikan data sektor industri yang mendetail.

"IKI memiliki dua keunggulan, di antaranya responden dalam jumlah yang jauh lebih besar bila dibanding indikator lainnya, berkisar antara 6.000 hingga 8.000 perusahaan. Kedua, responden IKI mewakili 23 subsektor industri manufaktur sehingga datanya lebih proporsional, komprehensif, dan detail," ujarnya.

Agus menyebut, IKI memiliki berbagai manfaat dalam pembangunan industri, yakni sebagai indikator penilaian industri yang terpercaya, mendiagnosis lebih awal permasalahan hingga ke subsektor industri, mengantisipasi terjadinya kerugian lebih besar apabila terjadi permasalahan pada industri, hingga dapat menggambarkan iklim usaha industri sehingga prospek bisnis di semester mendatang dapat diketahui.

Sementara itu, Juru Bicara Kemenperin sekaligus Staf Khusus Menteri Bidang Hukum dan Pengawasan Febri Hendri Antoni Arif mengungkapkan, IKI merupakan referensi untuk mengetahui kinerja industri manufaktur Indonesia.

Menurutnya, akademisi dan para mahasiswa dapat menggunakannya sebagai referensi dan menyandingkannya dengan data PDB dari Badan Pusat Statistik.

Dengan adanya data dari 23 subsektor, performa industri manufaktur dapat terlihat dengan lebih detail.

"Sebelumnya, para investor memantau kinerja sektor manufaktur dengan menggunakan indikator lain, seperti Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur. Kemenperin membangun IKI agar mendapatkan indikator yang lebih detail," ucapnya.

IKI sendiri terdiri dari tiga variabel penyusun, yaitu pesanan baru, produksi, dan persediaan produk.

Febri menjelaskan, IKI dapat menjadi referensi terkait kondisi sektor industri, termasuk mengenai SDM industri.

"Misalnya, bila salah satu subsektor sedang ekspansi maupun kontraksi, hal ini berhubungan dengan peningkatan serapan tenaga kerja," ungkap dia.