Industri Tekstil Diprediksi Menggeliat Jelang Tahun Politik 2024
Ilustrasi tekstil (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut, industri tekstil diproyeksikan akan menggeliat jelang tahun politik pada 2024 mendatang.

Hal tersebut diungkapkan oleh Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito saat ditemui wartawan di Gedung Kemenperin, Jakarta, Senin, 31 Juli.

"Dengan banyaknya partai, pasti, kan, menggeliatkan garmen kami. Ini juga berdampak ke hulunya, baik kain dan benang. Saya optimis, di tahun politik itu jadi berkah buat industri tekstil dan produk tekstil," kata dia.

Meski tidak menyebut secara terperinci besaran proyeksi pertumbuhan industri tekstil di tahun politik tersebut, Warsito meyakini kegiatan kampanye di tahun politik kali ini akan cukup masif.

Terlebih, berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah keseluruhan pemilih Pemilu 2024 diprediksi mencapai 206 juta orang, yang mana diproyeksikan sekitar 110 juta penduduk berusia 20-44 tahun akan ambil bagian Pemilu 2024.

"Itu akan berdampak pada (produksi) kaos-kos partai," ujarnya.

Dia juga menilai, kontestasi Pemilu 2024 akan lebih memberi dampak terhadap industri tekstil dalam negeri. Mengingat, gelaran Pemilu 2024 mendatang tak hanya Pemilihan Presiden (Pilpres) saja, tetapi juga ada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

"Saya pikir tahun ini lebih baik karena dikonsolidasi, bersama antara Pilkada, Pilpres. Itu seru untuk di industri kami. Itu yang saya harapkan," pungkas Warsito.

Sebelumnya, PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2023 mampu melampaui PMI Manufaktur ASEAN (51,0), Malaysia (47,7), Myanmar (50,4), Filipina (50,9), Taiwan (44,8), Vietnam (46,2), Jepang (49,8), China (50,5), Korea Selatan (47,8), Inggris (46,2), dan Prancis (45,5).

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, kenaikan PMI Manufaktur Indonesia pada Juni sejalan dengan kenaikan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang mencapai 53,93 atau meningkat 3,03 poin dibandingkan Mei 2023.

Meski kondisi manufaktur secara nasional menunjukkan level ekspansif, namun pemerintah mengakui industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih mengalami kontraksi. Industri ini bahkan termasuk menjadi salah satu dari tiga subsektor manufaktur yang mengalami kontraksi pada survei IKI Juni 2023.

Agus menyebut, penyebab industri tekstil masih menderita karena pasar domestik dibanjiri produk impor, terutama yang masuk melalui PLB (Pusat Logistik Berikat).

"Kemenperin meminta agar dilakukan pengawasan ketat atas barang keluar dari PLB yang masuk ke pasar domestik, serta terhadap marketplace yang juga merupakan pintu masuk produk tekstil impor," ucap dia.