Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) buka suara soal pembahasan sistem pengereman di LRT Jabodebek yang terasa kasar saat kereta berhenti di stasiun.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal menampik bahwa sistem pengereman moda transportasi yang baru diresmikan ini kasar. Risal menjelaskan bahwa itu adalah bagian dari Grade of Auotmation level 3 atau GoA3.

Dilansir dari laman resmi PT KAI (Persero), GoA3 adalah tingkat otomasi operasional kereta dimana pengoperasian dilakukan secara otomatis tanpa masinis, namun mensyaratkan masih terdapat petugas operasional di dalam kereta untuk penanganan kondisi darurat dan pelayanan kepada pelanggan.

Adapun penggunaan GoA 3 untuk LRT Jabodebek telah ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan melalui Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 765 Tahun 2017

“Bukan kasar, itulah yang namanya GoA3. Karena dia dioperasikan oleh semacam operator, makanya perlu toleransi-toleransi baik dalam sistemnya, maupun infrastruktur kereta apinya,” katanya di Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas, Senin, 28 Agustus.

Meski begitu, Risal mengatakan pihaknya akan memperbaiki sistem pengereman LRT Jabodebek agar teras lebih halus.

“Ke depan kita coba perhalus ya. Akan lebih halus lah pastinya,” ucapnya.

Sementara itu, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang ikut menjajal LRT Jabodebek bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga turut merasakan hentakan dari tarikan rem yang sangat kencang.

“Kalau berhenti agak ‘jegrek’ gitu. Tapi mungkin lama-lama bisa (lebih halus),” tutur Basuki.