Penghentian Ekspor Beras oleh India Tidak Pengaruhi Indonesia, Bos Bulog Ungkap Negara Alternatif
Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Budi Waseso. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Budi Waseso memastikan jika keputusan pemerintah India untuk menghentikan ekspor beras tidak berpengaruh pada Indonesia. Menurut pria yang akrab disapa Buwas ini, Indonesia tidak tergantung pada satu negara saja.

"Kita nggak tergantung harus dari suatu negara, yang penting berasnya bagus, harganya bagus, kualitasnya bagus, terus taste-nya sama dengan taste di Indonesia," ujar Buwas kepada awak media di Gedung DPR RI, Rabu 16 Agustus.'

Jika India menghentikan ekspor berasnya, lanjut Buwas, Indonesia masih memiliki beberapa negara alternatif seperti Thailand, Vietnam dan Myanmar.

"Sekarang juga ada Laos ada juga Kamboja, Pakistan. Jadi enggak ada masalah," tegasnya

Dirinya juga menjelaskan jika saat ini Bulog telah mengamankan 1,3 juta ton beras impor dari total kuota tahun ini sebesar 2 juta ton. Sementara itu sisanya, kata dia, akan didatangkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dalam negeri.

"Ini sudah datang, untuk stok kita ini sudah 1,3 juta ton dari 2 juta ton, itu sudah kita kuasai," lanjut Buwas.

Asal tahu saja, pemerintah India mengeluarkan kebijakan larangan ekspor beras non-Basmati. Kebijakan ini berlaku mulai 20 Juli lalu sebagai upaya menangkal lonjakan harga beras domestik India.

Pada kesempatan terpisah, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyatakan hal tersebut secara signifikan tidak akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan nasional.

Lebih lanjut, Arief mengatakan pemerintah telah mempersiapkan berbagai langkah untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga beras.

"Kita akan pastikan bahwa Indonesia memiliki stok yang cukup, hitungannya carry over dari 2022 ke 2023 itu ada sekitar 4 juta ton, kemudian dari amatan KSA (Kerangka Sampel Area) kita punya produksi lebih dari 2,8 juta ton amatan bulan Mei, jadi kita optimistis beras aman," katanya, di Jakarta, ditulis Selasa, 25 Juli.