Bagikan:

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa berdasarkan komponen pengeluaran (permintaan), konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama pembentukan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II/2023 yang tumbuh sebesar 5,17 persen year on year (yoy).

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud mengungkapkan konsumsi rumah tangga berperan sebesar 53,3 persen.

Diikuti selanjutnya oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 27,9 persen, ekspor 20,2 persen, konsumsi pemerintah 7,5 persen, Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) 1,2 persen. Sementara impor mengalami kontraksi 18,5 persen pada triwulan kedua yang lalu.

“Konsumsi akhir domestik (rumah tangga, pemerintah, dan LNPRT) tumbuh positif. Konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang utama PDB,” ujarnya kepada awak media, Senin, 7 Agustus.

Edy menjelaskan, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,23 persen yoy ditopang oleh Hari Raya Idulfitri dan Iduladha yang jatuh pada kuartal kedua. Selain itu adanya THR dan juga gaji ke-13 juta turut membantu kenaikan konsumsi rumah tangga.

“Dorongan juga tercermin dari mobilitas yang tinggi saat Hari Besar Keagamaan dan libur sekolah,” tuturnya.

Lebih lanjut, untuk PMTB utamanya didukung oleh pembangunan jalan, irigasi dan jaringan yang dilakukan oleh pemerintah.

“Untuk ekspor yang mengalami kontraksi antara lain disebabkan oleh penurunan bahan bakar mineral, minyak hewani/nabati, serta besi/baja dan nikel,” katanya.

Sementara itu, kategori ekspor yang mengalami kenaikan berasal dari devisa yang masuk dari kedatangan turis mancanegara.

Sebagai informasi, perekonomian Indonesia pada triwulan II/2023 tumbuh lebih baik dari triwulan I/2023 yang sebesar 5,04 persen tetapi lebih rendah dari triwulan IV/2022 yang saat itu sebesar 5,46 persen.