Cerita Pengusaha Pertashop, Menitikkan Air Mata karena Alami Kerugian
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta (Jateng-DIY) Gunadi Broto Sudarmo tidak kuasa menitikkan air mata saat menceritakan kerugian yang dialami pengusaha Pertashop dalam audiensi dengan Komisi VII, Senin 10 Juli.

"Dalam kesempatan kali ini kami mengangkat tema bahwasanya kita mencoba tetap semangat walau terasa sangat berat," ujar Gunadi yang dikutip Selasa 11 Juli.

Gunadi menjelaskan, kerugian ini bermula sejak adanya konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang menyebabkan tingginya harga minyak dunia.

Harga minyak yang makin melambung menyebabkan pemerintah juga menaikkan harga BBM jenis Pertamax dan Dexlite.

Ia menceritakan, sejak Januari hingga Maret 2022, beradarkan sample yang diambil dari salah satu Pertashop, hanya berhasil menjual 34.000 hingga 38.000 liter dalam satu bulan.

Padahal, Pertamax masih dibanderol dengan harga Rp9.000 per liter.

"Namun setelah terjadnya disparitas harga Pertamax dan Pertalite, mulai April omzet turun drastis. Di harga Rp12.500, 16.000 liter per bulan, berlanjut ada fluktuasi harga sampe Rp14.500 per liter, ada yang Rp13.900. Dan sampai sekarang di harga Rp12500 itupun omzet pertashop belum bisa kembali seperti di saat harga pertamax Rp9.000 dan pertalite Rp6.750," beber Gunadi.

Dengan adanya disparitas harga ini, lanjut Gunadi, omzet pengusaha pun mengalami penurunan drastis hingga 90 persen dan pengusaha tidak mengalami keuntungan sama sekali.

Dari 448 Pertashop, 201 di antaranya mengalami kerugian dan terancam tutup serta asetnya disita karena tidak sanggup untuk membayar angsuran bulanan ke bank yang bersangkutan.

Lebih jauh, ia memaparkan, pada akhir tahun 2022 jumlah Pertashop dengan penjualan kurang dari 200 liter per hari mencapai 47 persen dan mengalami kerugian.

Gunadi menjelaskan, jika penjualan hanya mencapai 200 liter per hari maka per bulan satu Pertashop hanya mampu menjual 6.000 liter.

"Dengan margin Rp850, laba kotor Pertashop hanya Rp5,1 juta, sedangkan ada kebutuhan gaji operator Rp4 juta untuk dua orang, iuran BPJS, dan lain sebagainya," lanjut dia.

Sekadar informasi, Pertashop terdiri atas tiga jenis, yakni Gold, Platinum, dan Diamond.

Untuk Pertashop Gold, pengusaha diharuskan membeli paket seharga Rp250 juta dengan margin penjualan Rp850 per liter.

Kemudian Pertashop Platinum senilai Rp417 juta dengan margin Rp600 per liter, dan Pertashop Diamond sekitar Rp570 juta dengan margin Rp435 per liter.