Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang mencapai Rp150,4 triliun per Mei 2023.

“Realisasi sampai Mei pembiayaan utang mencapai Rp150,4 triliun. Ini kalau dibandingkan tahun lalu masih mengalami kenaikan 64,9 persen,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Juni 2023, dikutip dari Antara, Selasa 27 Juni.

Pada Mei 2022, Kemenkeu mencatat realisasi pembiayaan utang sebesar Rp91,2 triliun.

Menkeu menjelaskan penerbitan utang yang tinggi hingga Mei 2023 sejalan dengan strategi pengelolaan dan timing pembiayaan tahun ini.

Kendati demikian, nilai realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang per Mei 2023 baru mencapai 21,6 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp696,3 triliun.

Rendahnya realisasi pembiayaan tersebut disebabkan oleh pendapatan negara yang tetap tumbuh pesat hingga Mei 2023.

“Karena kita memang dalam situasi dimana penerimaan cukup kuat dan surplus anggaran menyebabkan kita semua melakukan berbagai restrategi untuk penurunan issuance utang kita,” kata Sri Mulyani.

Secara rinci, penerbitan utang melalui Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp144,5 triliun, tumbuh 92 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dan setara dengan 20,3 persen dari target APBN.

Pertumbuhan tersebut ditopang oleh kontribusi penerbitan Samurai Bond sebesar 104,8 miliar yen Jepang atau setara dengan 760 juta dolar AS.

Dari total penerbitan Samurai Bond tersebut, terdapat surat utang yang berorientasi aksi iklim, yakni blue bond sebesar 20,7 miliar yen Jepang.

Bendahara Negara itu menjelaskan masyarakat investment fund di seluruh dunia menunjukkan kecenderungan minat terhadap penerbitan surat utang yang bertema lingkungan, baik blue bond, green bond, atau SDG’s bond.

“Karena ini memang menjadi tren global dari sisi pembiayaan. Jadi, Indonesia sudah dalam posisi yang cukup baik dalam memanfaatkan appetite global,” ujar Menkeu.

Adapun realisasi pembiayaan lewat pinjaman hingga Mei 2023 tercatat sebesar Rp5,9 triliun. Nilai tersebut terkontraksi sebesar 63,2 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp16 triliun.